ITS News

Jumat, 22 November 2024
10 November 2023, 14:11

63 Tahun Perjalanan ITS dari Sudut Pandang Muhammad Nuh

Oleh : itszah | | Source : ITS Online
gambar prof nuh memberikan sambutan

Prof Dr Ir Muhammad Nuh DEA memberikan sambutan pada Pengukuhan Mahasiswa Baru ITS 2023

Kampus ITS, Editorial — Serba-serbi perayaan mewarnai momentum Dies Natalis Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ke-63. Semangat perjuangan ini pun disemarakkan dengan dialog penuh kenangan bersama salah satu tokoh kebanggaan ITS, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA. Telah mengabdi bersama ITS dalam kurun waktu yang lama, bagaimana ia memandang perkembangan ITS dari masa ke masa?

Menteri Pendidikan Nasional dalam Kabinet Indonesia Bersatu II ini bercerita, ITS awalnya didedikasikan sebagai perguruan tinggi dengan fokus utama di bidang teknologi. Meski begitu, Nuh mengungkapkan bahwa ekspansi bidang studi dan penelitian yang tengah dilakukan ITS merupakan langkah yang bijak. “Pasalnya, teknologi tidak bisa berdiri sendiri, harus disokong dengan eksplorasi di bidang-bidang  lain,” ujarnya. 

ITS dan Perjalanan Gemilangnya

Nuh mengaku bangga dengan usaha ITS untuk terus beradaptasi mengikuti perkembangan zaman. Bahkan, ia menjuluki ITS sebagai “Pembelajar Sejati” karena memiliki mindset untuk terus melakukan perbaikan hingga menciptakan lompatan-lompatan progresif. “Untuk melalui era yang semakin kompleks, kata kuncinya memang terus belajar, baik secara institusi maupun komunitas,” paparnya yakin.

Pria berusia 64 tahun ini mengakui bahwa ITS terus bertumbuh ke arah yang lebih baik dari masa ke masa. Hal ini terpampang jelas, baik dari perspektif akademik, tata kelola, jumlah mahasiswa, hingga kekuatan para alumni. “Status ITS yang semula hanya sebagai satuan kerja (satker), kini telah berkembang menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum (PTN BH),” terangnya.

Dalam mengembangkan institusi, alumni Departemen Teknik Elektro ITS ini menilai bahwa inovasi keilmuan menjadi tantangan terberat bagi ITS. Sebagai institusi harapan bangsa, ITS harus unjuk kemampuan dalam menjawab persoalan melalui produk berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. “ITS harus bisa menjadi ekosistem bagi orang yang gemar melakukan terobosan baru,” ujarnya.

Rektor ITS periode 2003-2006 ini menyaksikan bahwa pendekatan ilmu yang mujur diterapkan 20 sampai 30 tahun lalu banyak yang sudah tidak selaras jika diimplementasikan di masa kini. Ia melihat bahwa mengolaborasikan kecerdasan buatan dapat menjadi peluang baru untuk mengorek intisari ilmu. “Perputaran informasi yang cepat akan menjadi tantangan, tetapi kita akan tertinggal kalau tidak menyesuaikan perkembangan,” tegasnya.

Mantan Rektor ITS periode 2003-2006, Prof Dr Ir Muhammad Nuh DEA yang saat ini menjabat sebagai Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITS periode 2021-2026

Salah satu langkah ITS, imbuh Nuh, adalah dengan membuka prodi-prodi baru di bidang analisis sains dan inovasi digital sebagai dasar pengolahan informasi. Tak hanya itu, keputusan ITS untuk membuka Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK) juga membuka peluang inovasi di bidang teknologi kesehatan. “Selain mengurangi impor alat medis, hal ini juga bisa mendorong hilirisasi,” serunya.

Sosok yang masih memegang rekor sebagai rektor termuda sepanjang sejarah ITS ini berharap produk inovasi ITS bisa dipakai langsung oleh masyarakat. Tak hanya itu, ia memandang bahwa produk inovasi juga dapat dimanfaatkan sebagai pendukung aspek finansial kampus. “Proyeksinya, pendanaan pemerintah akan semakin kecil, sehingga kita harus mandiri mencari sumber finansial,” terangnya.

Larik Pesan bagi ITS

Momentum Dies Natalis ITS ini Nuh maknai sebagai waktu yang tepat untuk memupuk semangat baru dengan mengenang perjuangan pemimpin terdahulu. Ke depannya, dalam berbagai macam perkembangan hingga dinamika, Nuh berpesan pada ITS untuk tetap konsisten sebagai pembelajar sejati. “Selalu bisa mengevaluasi kesalahan yang dilakukan dan menemukan upaya perbaikan,” tuturnya. 

masih menjabat sebagai Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) ITS ini berpesan bahwa perjalanan panjang ITS ke depannya bukan hanya tanggung jawab salah satu pundak. Ia membeberkan bahwa kekuatan sebenarnya adalah dengan menguatkan rasa kekitaan dan keilmuan yang dimiliki. “Dua kunci inilah yang akan menjadi living monument, tidak hanya tentang kompetisi atau capaian tertentu saja,” gagasnya dengan takzim. (*)

 

Ditulis oleh:
Tim Redaksi ITS Online

Berita Terkait