Kampus ITS, ITS News — Penggunaan pompa air berbahan bakar solar untuk irigasi pertanian tidak lagi relevan karena adanya perubahan regulasi subsidi solar dari pemerintah. Beranjak dari situ, tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) pun menciptakan pompa air berbasis tenaga surya untuk membantu petani padi di Desa Mojosari, Mojokerto.
Ketua tim Abmas, Prasetiyono Hari Mukti ST MT MSc mengungkapkan, petani Desa Mojosari bergantung pada penggunaan pompa diesel untuk mengalirkan irigasi. Namun, saat ini pemerintah membatasi pembelian dan penggunaan bahan bakar solar, yaitu maksimal sebesar lima liter perhari. “Padahal, petani membutuhkan kurang lebih 50 liter solar untuk mengoperasikan pompanya,” jelas Prasetyono.
Dari permasalahan tersebut, tim yang terdiri dari Departemen Teknik Elektro, Teknik Biomedik, dan program studi Teknik Telekomunikasi ITS ini menggagas pompa air dengan bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Selain bentuk patuh terhadap regulasi, gagasan ini juga mendukung penggunaan energi terbarukan. Lebih dari itu, tim ini juga mengintegrasikan sistem berbasis Internet of Things (IoT) pada panel surya untuk memonitoring sistem irigasi di lahan pertanian dari jarak jauh.
Lebih lanjut, cara kerja alat yang dirancang oleh Prasetyono dan tim ini dimulai dari penangkapan sinar matahari oleh panel surya. Sinar yang tertangkap tersebut kemudian dikonversi menjadi energi listrik dan disimpan di baterai. “Baterai inilah yang menjadi sumber energi untuk menggerakkan pompa air,” tambah Kepala Laboratorium Jaringan dan Komunikasi Departemen Teknik Elektro tersebut.
Untuk menggerakkan pompa air dalam sistem irigasi, digunakan dashboard IoT berupa website dengan nama thingsboard.com. Melalui website tersebut, para petani dapat mematikan dan menghidupkan pompa air dari mana pun dan kapan pun. Selain itu, petani juga dapat mengetahui daya listrik dari tenaga surya dan yang terpakai untuk menyalakan pompa air. “Dengan demikian, pengoperasian pompa air dapat terkontrol dengan baik,” tuturnya.
Dengan diberikannya satu set inovasi dari tim ITS ini, petani Desa Mojosari mengaku senang dan terbantu. Tak hanya menyelesaikan masalah pembatasan subsidi solar, petani dapat menghemat waktu, tenaga, dan material untuk melakukan irigasi di lahan pertanian. Ke depannya, sistem kerja dari inovasi ini akan terus dipantau dan dilakukan pemeliharaan untuk memaksimalkan cara kerjanya.
Di akhir, Prasetyono berharap, semoga kegiatan ini dapat diterapkan di wilayah lainnya untuk bisa membantu petani di berbagai daerah mengatasi permasalahan irigasi dengan hal serupa. Ia juga berharap inovasinya dapat menginspirasi mahasiswa untuk terus melahirkan inovasi yang membantu menyelesaikan permasalahan di masyarakat. (*)
Reporter: Nabila Hisanah Yusri
Redaktur: Difa Khoirunisa
Kampus ITS, ITS News – Indonesia terdiri atas beribu suku bangsa dan budaya, menyiratkan keberagaman yang tertanam dalam kehidupan
Kampus ITS, ITS News — Tak hanya berkomitmen untuk senantiasa menghadirkan inovasi mutakhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) juga
Kampus ITS, ITS News — Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan aplikasi Kinderfin, untuk meningkatkan
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan atas inovasi anak bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas