Kampus ITS, ITS News – Bantu kembangkan fesyen di Surabaya, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) rancang desain busana berciri khas. Dalam pembuatan produk bernama Sepuluh Sewelas ini mengadopsi proses design thinking yang inovatif dan relevan bagi kaum milenial.
Salah satu anggota tim, Umi Royhanah mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk membantu perusahaan fesyen di Kota Surabaya. Menurutnya, tren fesyen di Surabaya belum memiliki ciri khas yang dapat digunakan secara menyeluruh, khususnya bagi kaum milenial. “Belum adanya program fesyen yang komprehensif juga menyebabkan fesyen sulit dikenang,” ungkap Umi, sapaannya.
Lebih lanjut, ia bersama sembilan anggota lainnya melakukan riset yang menghasilkan produk fesyen bernama Sepuluh Sewelas. Produk ini merupakan produk yang dikhususkan bagi generasi milenial dan Gen Z dan dirasa cocok bagi kedua generasi. “Sepuluh Sewelas menggunakan perpaduan tren mode fesyen terkini dengan sentuhan warisan budaya Kota Surabaya,” tambahnya.
Dalam proses perancangan Sepuluh Sewelas menggunakan metode efektif bernama design thinking. Umi memaparkan, proses ini melalui riset untuk memahami kebutuhan dan keinginan masyarakat dengan sebuah pendekatan kepada pengguna, terutama generasi milenial dan Gen Z. Selain itu, menggunakan model kreatif, inovatif, dan karakter interaktif guna menghasilkan ide baru.
Mahasiswa angkatan 2022 tersebut juga menyebut, proses design thinking dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dari permasalahan fesyen di Surabaya. Adapun diawali dengan tahap empathise yang merupakan pengumpulan informasi dengan melibatkan berbagai pihak terkait. “Kami mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai elemen masyarakat khususnya kaum muda di Surabaya,” jelasnya.
Setelah mendapatkan informasi, dilanjutkan pada tahap define, yakni tahap sintesis informasi menjadi sebuah inti masalah. Pada tahap ini, diketahui bahwa masalah utama yang terjadi meliputi harga produk yang kurang terjangkau dan kurangnya minat beli dari pengguna. Tidak adanya ikon Surabaya juga menyebabkan ketertarikan minat Gen Z cenderung ke arah Bandung dan Jakarta.
Dari beberapa masalah tersebut dilanjutkan dengan mengadopsi tahap ideate. Pada tahap ini, dilakukan perumusan ide pengembangan produk sehingga menciptakan produk ideal. “Berbekal intisari masalah pada tahap sebelumnya, kami menciptakan Sepuluh Sewelas yang cocok dengan target pasar,” tambahnya.
Di akhir, tim ini turut mengenalkan Sepuluh Sewelas pada pameran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). “Semoga ke depannya Sepuluh Sewelas dapat membantu para desainer fesyen dalam mengembangkan produknya, terkhusus di Kota Surabaya,” pungkasnya penuh harap. (*)
Reporter: Ahmad Farhan Alghifari
Redaktur: Rayinda Santriana U S
Kampus ITS, Opini — Dongeng merupakan salah satu bentuk seni turun temurun yang masih populer hingga saat ini. Meski
Kampus ITS, ITS News — Rangkaian penutupan kegiatan Manajemen Bisnis Festival (MANIFEST) disuguhkan dengan penuh makna. Melalui talkshow, acara
Kampus ITS, ITS News — Nelayan kerang kini dihadapkan pada tantangan serius akibat menumpuknya limbah cangkang kerang yang terus
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru