ITS News

Minggu, 12 Januari 2025
07 Maret 2010, 19:03

Final BOF, Bedah Mencit hingga Mengamati Burung

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Setelah panitia mengumumkan peserta yang lolos ke lima besar final BOF, Jawier tersenyum simpul dan menjabat tangan Haerul. Kedua siswa Sragen Bilingual Boarding School (SBBS) itu memang terlihat yakin lolos dibanding peserta lain. “Kita sudah sering ikut olimpiade Biologi. Jadi ya harus yakin menang,” celoteh Jawier yang disambut tawa renyah Haerul.

Selain tim Jawier, peserta lain yang dinyatakan lolos meliputi dua tim dari SMA Semesta, satu tim lain dari SBBS, dan tim terakhir berasal dari SMAN 1 Gresik. Meski sejak babak penyisihan hingga semifinal terlihat dominasi SMA-SMA Surabaya, SMA daerah lain justru mulai unjuk gigi di puncak kompetisi.

Jawier sendiri mengaku menikmati rangkaian sesi dalam kompetisi ini. “Jujur saja, saya tidak pernah mengunjungi Surabaya. Dan kemarin kami diajak tour keliling Surabaya. Benar-benar lomba Biologi yang berbeda,” imbuhnya. Dalam final ini pun, ia siap bergelut dengan praktikum dasar Biologi yang tak lain merupakan sesi final.

Sebelumnya, lima tim diberi materi singkat tentang praktikum yang akan dilakukan selama 15 menit. Diantaranya, praktikum zoologi, botani, dan biokimia. Tak lupa, diskusi panjang dengan juri mengenai biologi kelautan sebagai dasar disiplin ilmu Biologi ITS dan ekologi. “Praktikum saya yang kacau itu biokimia. Masalahnya, kita belum diajari secara spesifik,” tambah Jawier.

Hebatnya, dalam praktikum zoologi tim Jawier tergolong tim yang ahli. Bagaimana tidak, saat tim lain membelah mencit dengan penuh keseriusan tapi hasil kurang memuaskan, tim Jawier mampu membelah mencit itu dengan rapi. “Membelah mencit mah sudah biasa. Dulu waktu pelatihan di UI (Universitas Indonesia, red), kami sudah diajari,” ungkap Haerul yang harus puas dengan juara ketiga. Sedang juara pertama diraih SMA Semesta.

Sedangkan untuk praktikum botani, peserta harus menganalisis stomata yang memang membutuhkan ketelitian dalam bekerja. Berbeda dengan praktikum biokimia, peserta diharuskan menguji kabohidrat. “Senang praktikum yang diujikan sama seperti  di Sekolah. Tahap diskusi juga suasananya akrab,” lanjut Jawier yang pernah mendapat  mendali perunggu olimpiade Biologi tingkat nasional ini.

Menurut Indrawan Tauchid, praktikum dan diskusi memang menjadi nilai tambah dalam kompetisi. “Kompetisi itu kan tidak hanya meningkatkan pemahaman teori, tapi juga ketrampilan komunikasi dan bekerja,” ungkap ketua himpunan mahasiswa Biologi tersebut. Ia juga mengungkap sesi diskusi memberikan wawasan peserta tentang ekologi, seperti analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL) ataupun mengenai konservasi alam.

Bagi peserta yang tidak lolos tahap final, mereka mendapat suguhan menarik. Mereka diberi pelatihan tentang ekologi berupa pengenalan alat, seperti Jaring plankton. Tak hanya itu, latihan mengamati burung dari Kelompok Studi Burung Liar (KSBL) Pecuk juga menambah semangat peserta di akhir acara. (esy/fn)

Berita Terkait