ITS News

Minggu, 01 September 2024
28 Mei 2024, 06:05

HMTI ITS Bekali Wawasan Industri Manufaktur Lewat Pelatihan

Oleh : itszik | | Source : ITS Online
Gambar Surachman menjelaskan lean manufacturing

Konsultan Profesional Value Consult, Surachman ST MT saat menjelaskan prinsip-prinsip dari lean manufacturing secara daring

Kampus ITS, ITS News — Kehidupan pasca kampus yang semakin kompleks memicu mahasiswa untuk mempersiapkan diri dengan lebih baik dalam berbagai aspek. Mendukung hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (HMTI ITS) mengadakan pelatihan bernama Up Skilling. Kegiatan ini guna memahami perkembangan terkini di dunia industri manufaktur, Sabtu (25/5).

Ketua pelaksana Up Skilling, Hanif Hisyam Ramadhan menyampaikan bahwa saat ini berbagai industri manufaktur semakin kompetitif dalam meningkatkan efisiensi produksi. Utamanya menggunakan pendekatan sistematis untuk mengurangi pemborosan sekaligus meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi. “Sistem itu bernama lean manufacturing yang kami usung pada pelatihan ini,” ungkapnya. 

Pelatihan bertajuk Lean Manufacturing and Sustainability : A Case Study of Indonesian Industries ini menggandeng perusahaan pelatihan, Value Consult. Salah satu konsultannya, Surachman ST MT menyampaikan bahwa prinsip utama lean yakni mengeliminasi pemborosan yang tidak menghasilkan nilai tambah pada produk. Apabila suatu produk tidak memberikan nilai tambah, maka produk tersebut merupakan pemborosan. 

Ia mengungkapkan dalam industri manufaktur pemborosan terbagi menjadi dua tipe, yakni pemborosan yang diperlukan dan pemborosan yang tidak diperlukan. Pemborosan yang tidak diperlukan akan dihilangkan dengan mengeliminasi, mengombinasi, maupun mengganti. Hal itu untuk mencapai proses produksi yang efisien. 

Gambar Surachman ST MT menjawab QnA dari peserta

Surachman ST MT (kiri) saat menjawab pertanyaan dari peserta mengenai penerapan lean manufacturing dalam bidang militer

Selain itu, Surachman menyampaikan bahwa proses lean manufacturing dapat menjadi fondasi untuk menurunkan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan. Keuntungan menjadi salah satu indikator yang dapat diukur dalam menjalankan bisnis. Ketika suatu bisnis memiliki penjualan yang besar bukan berarti perusahaan tersebut memiliki keuntungan yang besar. 

Lebih lanjut, dirinya mengungkapkan bahwa kualitas juga menjadi indikator perusahaan mengukur produktivitas. Kualitas tersebut mencakup mutu, biaya, pengiriman, keamanan, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi keuntungan perusahaan. Maka dari itu, penggunaan konsep lean ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas produk. “Turunkan cost tetapi jangan turunkan mutu,” tuturnya. 

Alumnus Magister Teknik Industri itu menjelaskan bahwa prinsip Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke (5S) dibutuhkan dalam pengimplementasian lean dalam industri. Prinsip ini digunakan sebuah perusahaan dalam mengelola barang-barang yang diperlukan dengan lebih ringkas, rapi, bersih, dan terawat. Apabila perusahaan tempat kerja berantakan, maka lean tidak dapat berjalan maksimal. 

Terakhir, dirinya menuturkan bahwa lean manufacturing berfungsi untuk menciptakan nilai maksimal bagi pelanggan dengan menggunakan sumber daya yang seminimal mungkin. Proses tersebut dapat dilakukan dengan pengukuran kinerja serta mengeliminasi pemborosan. Dengan hal itu, keuntungan dapat tercapai serta keefisienan dan keefektifitasan perusahaan bisa meningkat. (*)

 

Reporter: Muhammad Aulia Zikra
Redaktur: Rayinda Santriana U S

Berita Terkait