Kampus ITS, ITS News – Departemen Teknik Sistem Perkapalan (DTSP) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) gelar kuliah tamu bertajuk Recent Technology Development for Marine Engineer Perspective of Fuel Injection and Future Fuels, Jumat (23/8). Gelar wicara ini membahas seputar emisi gas buang yang disebabkan oleh fuel injector.
Membuka pemaparannya, Guru besar Kobe University Prof Akira Sou selaku keynote speaker menerangkan bahwa fuel injector merupakan alat yang bertujuan untuk menyemprotkan bahan bakar yang dibutuhkan di dalam sistem motor pembakaran internal. Selain itu, alat ini juga memiliki peran yang tak kalah penting yaitu sebagai pengontrol suplai bahan bakar ke dalam ruang pembakaran.
Pada proses pembakaran, bahan bakar yang masuk ke dalam ruang bakar motor harus memiliki tekanan yang tepat. Hal ini dikarenakan ketidaksesuaian tersebut akan menghasilkan emisi gas buang berlebih yang dapat menjadi penghambat dalam mewujudkan target Net Zero Emission (NZE). “Fuel injector berpotensi untuk menghadirkan emisi gas buang berlebih seperti pollution matter (PM), nitrogen oksida (NOx), dan karbon dioksida (CO2),” tuturnya.
Untuk menggapai target NZE, professor di bidang marine engineering ini menjelaskan, terdapat dua upaya yang dapat dilakukan. Upaya pertama adalah mengganti bahan bakar fosil menjadi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan seperti hidrogen dan amonia. “Namun, saat ini penggunaan dua senyawa tersebut sebagai bahan bakar masih menjadi angan-angan semata sebab belum adanya teknologi yang siap mengadopsi keduanya,” pungkasnya.
Dosen asal Negeri Sakura tersebut menegaskan perlu adanya upaya yang dapat diterapkan dengan teknologi saat ini mengingat urgensi untuk mencapai NZE yang begitu besar. Hal tersebut mengantarkan Dosen Faculty of Maritime Sciences Kobe University ini kepada upaya keduanya, yakni penyesuaian fuel injector terhadap fenomena kavitasi.
Akira menjelaskan bahwa kavitasi merupakan fenomena terciptanya gelembung akibat perubahan tekanan parsial suatu cairan. Sederhananya, fenomena ini menyebabkan suatu zat cair menjadi gelembung yang berpotensi mengikis dinding yang ditabraknya. Pada umumnya, fenomena ini memiliki dampak yang buruk karena membatasi laju aliran dan menyebabkan kerusakan erosi.
Fenomena yang sama juga terjadi di fuel injector. Akira menjelaskan bahwa di dalam alat ini, kavitasi merupakan sebuah fenomena yang terbentuk dan berkembang di sepanjang dinding samping pipa injector. Kavitasi terjadi ketika terdapat perbedaan tekanan pada suatu cairan menyebabkan bahan bakar yang dialirkan menguap sehingga membentuk gelembung.
Lebih detail, Akira menerangkan, fenomena kavitasi ini dapat menginduksi pergerakan udara liar yang besar dan kuat pada pintu keluar pipa sehingga pancaran atom dari bahan bakar menjadi lebih meningkat. Peningkatan pancaran atom tersebut membuat emisi PM menjadi lebih sedikit. “Kavitasi pada fuel injector dapat diprediksi menggunakan cavitation number yang dimodifikasi sehingga membantu para engineer dalam merancang zero emission engine,” tutupnya. (*)
Reporter: Ahmad Farhan Alghifari
Redaktur: Ricardo Hokky Wibisono
Kampus ITS, ITS News — Rangkaian penutupan kegiatan Manajemen Bisnis Festival (MANIFEST) disuguhkan dengan penuh makna. Melalui talkshow, acara
Kampus ITS, ITS News — Nelayan kerang kini dihadapkan pada tantangan serius akibat menumpuknya limbah cangkang kerang yang terus
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru
Kampus ITS, ITS News — Untuk tingkatkan kualitas maggot, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inovasikan metode untuk meningkatkan