Kabupaten Kediri, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melahirkan inovasinya untuk masyarakat. Hal ini dibuktikan oleh tim pengabdian masyarakat ( Abmas) ITS yang mengimplementasikan food-grade cooking pan dan pengolahan limbah pada industri gula merah di Desa Ngetrep, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Sabtu (28/9).
Ketua tim Abmas Dr Eng Raden Darmawan ST MT mengungkapkan bahwa industri gula merah di desa tersebut menghadapi masalah kandungan logam berat. Adapun produktivitas industri yang bernama PT Tiga Dewi Timur Raya ini juga kurang efektif akibat pemisahan zat sisa dari cairan tebu (nira) yang tidak efisien. “Diperlukan alat pemasakan nira yang higienis dan mampu memisahkan zat sisa dengan nira,” ujarnya.
Menanggapi masalah tersebut, tim Abmas dan dosen yang akrab disapa Darmawan ini menciptakan food-grade cooking pan yang dilengkapi dengan automasi proses pengambilan zat sisa (scraping). Adapun penggunaan bahan Stainless Steel SS 304 yang anti korosif agar membuat produk aman digunakan. Berkapasitas 2300 liter, alat tersebut didesain oleh dosen dan mahasiswa dari Departemen Teknik Kimia dan Departemen Teknik Mesin ITS.
Lebih dalam, Darmawan membeberkan salah satu fitur pada alat tersebut yakni automasi scraping. Surface skimmer atau alat pengambil zat sisa dipasang di bagian atas food-grade cooking pan. Alat ini dilengkapi bilah untuk menyapu zat sisa yang terkandung di dalam busa nira. “Bilah ini berputar secara kontinu untuk menjaga kemurnian nira,” jelas dosen Departemen Teknik Kimia ITS ini.
Sistem scraping tersebut, lanjutnya, mampu meningkatkan produktivitas industri gula merah sebesar 20 hingga 30 persen. Ia menambahkan bahwa efisiensi produksi juga dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan limbah yang optimal. “Kami menginisiasi pemanfaatan zat sisa dari scraping dan limbah produksi untuk pakan domba,” imbuh Darmawan.
Berkolaborasi dengan Universitas Islam Kadiri (UNISKA), dalam inovasi pengolahan limbah dilakukan dengan teknik fermentasi. Darmawan mengungkapkan bahwa limbah produksi masih mengandung serat kasar yang sulit dicerna oleh domba. Oleh sebab itu, limbah diolah dengan mencampurkan berbagai zat mineral lalu difermentasi selama 7 hari. “Bahan pakan selanjutnya dipadatkan dan siap digunakan,” paparnya.
Berbagai inovasi yang digagas oleh tim Abmas tersebut meraih respon positif dari masyarakat. Darmawan bercerita bahwa sang mitra, yakni pemilik industri gula merah merasa lebih terarah dalam meningkatkan produktivitas industri. Selain itu, adanya sosialisasi dan edukasi mengenai inovasi terhadap masyarakat membantu mereka dalam penerapannya.
Di akhir, Darmawan berharap agar luaran dari Abmas ini dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi masyarakat. Ia memandang bahwa kegiatan ini merupakan langkah strategis dalam meningkatkan daya saing industri gula merah lokal melalui pendekatan inovatif. “Semoga dengan ini industri lokal dapat memperluas pasarnya ke pasar global,” tuturnya penuh harap.
Sebagai tambahan, kegiatan Abmas ini adalah penerapan dari Program Diseminasi Teknologi dan Inovasi skema penugasan tahun 2024 yang didanai oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Berbagai inovasi yang digagas mendukung Sustainable Development Goals poin ke-12 yaitu konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. (*)
Reporter: Aghnia Tias Salsabila
Redaktur: Gandhi Kesuma
Kampus ITS, ITS News — Nelayan kerang kini dihadapkan pada tantangan serius akibat menumpuknya limbah cangkang kerang yang terus
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru
Kampus ITS, ITS News — Untuk tingkatkan kualitas maggot, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inovasikan metode untuk meningkatkan
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus membuka pintu kolaborasi guna meningkatkan kompetensi mahasiswanya dalam