Kampus ITS, ITS News — Limbah kotoran sapi yang menumpuk membawa masalah bagi warga Kampung Sanan Blimbing, Malang. Untuk menjawab persoalan tersebut, tim Kuliah Kerja Nyata dan Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) hadirkan inovasi dari limbah kotoran sapi yang diolah menjadi biobriket.
Kampung Sanan Blimbing, Malang merupakan desa yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai produsen keripik tempe. Memaksimalkan sumber daya yang ada, limbah ampas kedelai dari produksi keripik tempe kemudian diubah menjadi tambahan pakan sapi yang kotorannya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biogas.
Di sisi lain, Anggota KKN Abmas ITS Razan Amrullah menjelaskan, pengolahan keripik tempe di Kampung Sanan Blimbing masih bergantung pada bahan bakar LPG dalam jumlah yang besar. Tak hanya itu, pengolahan biogas berbahan baku kotoran sapi tidak serta merta meniadakan limbah kotoran sapi yang terus menumpuk karena keterbatasan tempat pengolahan biogas.
Razan melanjutkan, untuk menjawab persoalan yang ada sekaligus mendukung tercapainya Net Zero Emissions (NZE), tim KKN Abmas ITS yang diketuai oleh Dr Yuly Kusumawati MSi ini memanfaatkan kembali limbah biogas dan kotoran sapi menjadi biobriket. “Inovasi ini nantinya dapat digunakan kembali sebagai bahan bakar ramah lingkungan dalam pembuatan keripik tempe,” bubuhnya.
Proses pembuatan inovasi biobriket sendiri terbilang cukup sederhana. Kotoran sapi pertama-tama dijemur di bawah panas matahari selama tiga sampai empat hari hingga kering. Kemudian bahan utama tersebut diaktivasi dengan cara dipanaskan dan dihaluskan hingga menjadi bubuk. “Perubahan warna menjadi hitam menandakan kotoran sapi telah sepenuhnya menjadi senyawa karbon,” pungkas mahasiswa Departemen Kimia itu.
Pada tahap selanjutnya, bubuk biobriket dicampurkan dengan tepung tapioka dan air untuk merekatkan adonan. Setelah bahan-bahan tersebut menyatu, adonan dimasukkan ke dalam mesin penggiling otomatis yang akan mencetak biobriket berbentuk bata. “Pembuatan biobriket ini memakan biaya yang sedikit dan prosesnya pun mudah,” lanjut mahasiswa angkatan 2022 tersebut.
Keunggulan lainnya dari biobriket ini yaitu panas pembakaran yang dihasilkan lebih tinggi dan tahan lama dibandingkan arang biasa. Selain itu, pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadikan biobriket ramah lingkungan dan jumlah asap yang dihasilkan pun sedikit. “Biobriket ini dapat dijadikan sebagai sumber energi baru untuk warga,” imbuh mahasiswa asal Cilegon itu.
Razan mengungkapkan, inovasi biobriket ini juga sejalan dengan poin Sustainable Development Goals (SDGs) ketujuh, yaitu energi bersih dan terjangkau. “Biobriket ini diharapkan dapat meminimalisir limbah dari produksi biogas dan mendukung pencapaian target NZE,” tutup Razan penuh harap. (*)
Reporter : ION13
Redaktur : Ricardo Hokky Wibisono
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)
Kampus ITS, ITS News — Tim Spektronics dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali sukses mendulang juara 1 pada ajang
Kampus ITS, ITS News — Kurang meratanya sertifikasi halal pada bisnis makanan khususnya pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),
Kampus ITS, ITS News — Perayaan Dies Natalis ke-64 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) telah mencapai puncaknya di Graha Sepuluh