Kampus ITS, ITS News — Saat ini, dunia sedang gencar untuk menerapkan aspek keberlanjutan demi menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim. Menanggapi hal itu, Departemen Manajemen Bisnis Institut Teknologi Sepuluh Nopember (MB ITS) gelar kuliah tamu dengan topik Peran Inovasi Bisnis dalam Keberlanjutan bersama salah satu ilmuan dari Universiti Teknologi PETRONAS Malaysia.
Mengawali kuliah tamunya, Assoc Prof Dr Satirenjit Kaur Johl memaparkan, permasalahan global saat ini adalah produksi emisi gas rumah kaca yang berlebihan akibat aktivitas keseharian manusia. Menurutnya, pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi berkontribusi besar pada perubahan iklim ekstrem sehingga menyebabkan kondisi dunia kian memburuk. “Masalah utama yang kita hadapi adalah produksi emisi gas rumah kaca yang berlebihan, terutama karbon dioksida,” ungkapnya.
Dengan kondisi yang semakin mengkhawatirkan, Satirenjit menyebutkan bahwa deklarasi Paris Agreement yang ditandatangani oleh 195 negara merupakan langkah konkret untuk mengatasi masalah ini. Target pengurangan emisi sebesar 43 persen pada tahun 2030 nanti telah menjadi perhatian dunia saat ini. Negara-negara saat ini sedang bersaing untuk menciptakan produk yang mendukung pencapaian target tersebut.
Ilmuan dengan keahlian di bidang manajemen strategis tersebut melanjutkan, jika hal ini (deklarasi Paris Agreement, red) menjadi kesempatan emas bagi akademisi dan praktisi untuk menciptakan suatu inovasi bisnis yang bersifat berkelanjutan. Ia juga menegaskan bahwa bisnis yang baik harus fokus pada keuntungan dan keberlanjutan. “Perusahaan maupun bisnis harus mengimplementasikan keberlanjutan dalam seluruh operasi bisnisnya,” ujarnya.
Tidak hanya memberikan masukan kepada pelaku bisnis, Satirenjit juga berpendapat bahwa teknologi ramah lingkungan juga menjadi solusi untuk mengatasi masalah produksi emisi yang berlebihan. Perempuan penerima penghargaan dari British Aerospace tersebut juga mendorong mahasiswa ITS untuk menciptakan ide bisnis maupun inovasi teknologi yang sesuai dengan model keberlanjutan. “Kalian sebagai generasi muda harus memiliki ide yang inovatif untuk masyarakat” tegasnya memotivasi.
Pada akhir kuliah tamunya, Satirenjit membuka sesi diskusi dengan mahasiswa yang disambut dengan antusias. Mereka menyoroti tantangan yang dihadapi ketika beralih dari teknologi konvensional ke ramah lingkungan. Ia kemudian membenarkan dan menjelaskan bahwa memang benar diperlukan biaya besar untuk beralih teknologi, tetapi penting juga untuk mempertimbangkan dampak penggunaan teknologi tersebut untuk ke depannya.
Menanggapi antusiasme mahasiswa ITS, alumnus doktoral University of Nottingham, Inggris tersebut berpesan agar ITS ke depannya mampu memberikan wawasan tentang inovasi bisnis maupun teknologi yang berkelanjutan kepada mahasiswa ITS. “Kami bergantung pada kalian (generasi muda, red) yang akan menjadi ilmuan maupun penemu di masa depan nanti,” tukasnya berharap. (*)
Reporter: ION21
Redaktur: Bima Surya Samudra
Kampus ITS, ITS News — Tak hanya berkomitmen untuk senantiasa menghadirkan inovasi mutakhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) juga
Kampus ITS, ITS News — Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan aplikasi Kinderfin, untuk meningkatkan
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan atas inovasi anak bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memperkuat nilai-nilai toleransi dan harmoni di tengah keberagaman