Kampus ITS, ITS News — Guna membekali para mahasiswa yang ingin terjun dalam bidang minyak dan gas, Society of Petroleum Engineer Student Chapter (SPE) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengadakan seminar. Kegiatan yang membuka rangkaian Science Course: Upstream Series ini dihelat di Teater A ITS, Senin (4/11).
Membuka materi seminar, Drilling Engineer PT Pertamina EP Astrini Yuswandari menjelaskan drilling atau pengeboran merupakan salah satu aspek krusial dalam industri minyak dan gas yang memungkinkan akses dan pengambilan sumber daya di bawah permukaan tanah. Seminar ini akan mengupas tuntas rangkaian fase dalam proses pengeboran yang dibagi menjadi dua fase utama, yakni eksplorasi dan pengembangan.
Lebih lanjut, wanita yang akrab disapa Astri ini membeberkan bahwa eksplorasi di Indonesia sangat dinamis dan terkadang terdapat hal-hal tak terduga. Salah satunya berhubungan dengan Indonesia yang pada umumnya didominasi dengan persawahan. “Sawah tak selalu bisa menjadi lokasi pengeboran, contohnya sawah sumber pangan,” terangnya.
Astri menyebutkan, apabila eksplorasi offshore terbilang menantang karena sulitnya mengontrol fluida, maka pada eksplorasi onshore faktor penghambat yang dihadapi adalah manusia yang menempati daratan tersebut. Hal ini lantaran eksplorasi perlu memperhatikan aspek manusia di sekitar lokasi. “Jadi baik onshore dan offshore punya tantangannya sendiri dan bisa jadi pembelajaran,” tuturnya.
Selain itu, dalam industri energi, kemampuan berpikir kritis sangat penting karena tim pengeboran akan menjelajahi area-area yang belum pernah dieksplorasi sebelumnya. Proses pengeboran menjadi tahapan di mana tim pengeboran akan langsung berinteraksi dan mengungkap kondisi bebatuan yang ada di bawah permukaan. Dengan demikian, critical thinking diperlukan untuk menganalisis hasil yang diperoleh.
Melanjutkan penjelasannya, wanita berusia 26 tahun ini mengungkap estimasi biaya yang dihabiskan dalam proses pengeboran. Biaya yang diperlukan terbilang fantastis, kurang lebih sekitar 100,000 hingga 120,000 USD per harinya. Akibatnya, tim pengeboran memanfaatkan kemampuan machine learning dan data science untuk mengoptimalisasi dan mempersingkat masa proses pengeboran.
Meskipun dalam pengeboran perlu merogoh biaya yang besar, proses pengeboran tetap perlu dilakukan karena data tak selalu sama dengan hasil yang diperoleh. Ketika data seismik menunjukkan bahwa suatu lokasi memiliki potensi sumber daya, pengeboran dapat menunjukkan permasalahan yang tidak terungkap. “Dalam artian, proses pengeboran adalah cara untuk membuktikan kebenaran data seismik tadi,” tekannya.
Sebagai penutup, dalam proses tanya jawab, Astri menyatakan bahwa proses pengeboran lebih fokus pada praktikal dibanding berbasis buku. “Kalau mau menjadi junior drilling engineer, cobalah ikut lomba-lomba terkait pengeboran itu sendiri,” tutupnya. (*)
Reporter: ION22
Redaktur: Nurul Lathifah
Kampus ITS, ITS News — Rangkaian penutupan kegiatan Manajemen Bisnis Festival (MANIFEST) disuguhkan dengan penuh makna. Melalui talkshow, acara
Kampus ITS, ITS News — Nelayan kerang kini dihadapkan pada tantangan serius akibat menumpuknya limbah cangkang kerang yang terus
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru
Kampus ITS, ITS News — Untuk tingkatkan kualitas maggot, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inovasikan metode untuk meningkatkan