Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang berbahaya bagi lingkungan. Merespons isu ini, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merancang alat filtrasi fotoreaktor untuk mendegradasi zat warna pada air limbah.
Ketua tim KKN Abmas Sigit Dwianto menjelaskan bahwa pengelolaan limbah zat pewarna sintetis pada pembuatan batik masih belum sepenuhnya terolah dengan baik. Kondisi ini mengakibatkan naiknya tingkat pencemaran lingkungan akibat polutan yang semakin menumpuk, tak terkecuali pencemaran air. Hal ini tidak selaras dengan upaya realisasi poin keenam Sustainable Development Goals (SDGs), yakni jaminan akses terhadap air bersih dan sanitasi layak.
Untuk menyelesaikan masalah ini, Sigit bersama timnya menginisiasi pembuatan alat filtrasi fotoreaktor untuk mendegradasi zat warna pada air limbah pembuatan batik. Sigit menjelaskan, dalam prosesnya, air limbah yang dihasilkan biasanya mengandung zat pewarna rhodamin B. Zat pewarna sintetis merah keunguan ini memiliki tingkat bahaya yang tinggi untuk lingkungan apabila dibuang langsung ke sungai. “Maka dibuatlah alat ini untuk mengatasi bahaya tersebut,” ujarnya.
Mahasiswa angkatan 2022 tersebut mengungkapkan, dengan alat ini, air limbah akan melalui dua tahap pengolahan. Pada tahap pertama, air limbah akan diolah menggunakan tabung fotoreaktor. Dalam proses ini, air limbah ditambahkan dengan material komposit titanium dioksida (TiO2) dengan sedikit nanoselulosa untuk mendegradasi zat pewarna. Kemudian, proses degradasi akan dipercepat dengan bantuan sinar ultraviolet (UV) dalam tabung fotoreaktor.
Selanjutnya, air limbah yang mulai memudar warna merah mudanya akan diproses melalui tabung filtrasi berisi material penjernih air. Tabung tersebut berisi pasir silika, karbon aktif, pelepah kelapa, zeolit, dan batu kerikil. Sigit membagikan, melalui hasil uji laboratorium didapatkan bahwa nilai absorbansi air limbah menurun signifikan dari yang awalnya 0,4 menjadi 0,08 satuan absorbansi. “Setelah melalui dua tahap pengolahan dengan alat ini,” jelas mahasiswa asal Samarinda tersebut.
Sebagai aplikasi nyata, Sigit dan tim KKN asal Departemen Teknik Material dan Metalurgi (DTMM) ITS ini memilih usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Rumah Batik Jawa Timur. Menurut Sigit, terpilihnya lokasi ini didasarkan pada kesamaan kondisi objek lokasi dengan tujuan dari pembuatan alat filtrasi ini. Selain berkontribusi pada pengembangan UMKM batik, tim KKN bimbingan Haniffudin Nurdiansah ST MT ini juga berperan aktif dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan.
Terakhir, Sigit berharap kegiatan KKN dapat meningkatkan kesadaran khususnya UMKM di Surabaya agar menjaga kondisi lingkungan dengan tidak membuang air limbah secara langsung ke lingkungan. Dengan demikian, upaya peningkatan ekonomi yang diusahakan makna selaras dengan upaya pemberdayaan lingkungan yang digalakkan. “Semoga KKN ini juga dapat memantik sivitas akademika ITS untuk menghasilkan inovasi yang dapat bermanfaat bagi masyarakat luas,” tutup Sigit. (*)
Reporter: Syahidan Nur Habibie Ash-Shidieq
Redaktur: Shafa Annisa Ramadhani
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)