ITS News

Kamis, 14 November 2024
13 November 2024, 22:11

Dosen ITS Kupas Permasalahan Mikroplastik Sang Pencemar Lingkungan

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online
Aunurohim Ssi DEA, dosen Biologi ITS ketika menjelaskan berbagai macam bentuk mikroplastik

Aunurohim Ssi DEA, dosen Biologi ITS ketika menjelaskan berbagai macam bentuk mikroplastik

Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan bentuk pencemaran baru, yaitu mikroplastik. Dosen Departemen Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Aunurohim SSi DEA bahas dampak mikroplastik terhadap lingkungan dan penanggulangannya lewat program Sustainablue.

Aunurohim menjelaskan bahwa mikroplastik adalah salah satu pemicu tercemarnya ekosistem laut. Mikroplastik yang ditemukan umumnya berupa hasil dari proses fragmentasi atau pecahan plastik yang biasa digunakan sehari-hari, dengan kisaran ukuran lebih dari satu mikrometer dan kurang dari lima milimeter.

Dengan ukuran yang bahkan hanya bisa dilihat di bawah mikroskop, mikroplastik rentan masuk ke dalam tubuh biota laut melalui proses makan dan dimakan. Melalui penelitiannya, dosen yang akrab disapa Au ini menyatakan adanya temuan mikroplastik di dalam ikan. “Mikroplastik ini paling banyak ditemukan di organ pencernaan,” jelasnya.

Selain di organ pencernaan, mikroplastik juga dapat mengancam nyawa ikan. Ukurannya yang kecil menjadikannya terbawa arus air dan dengan mudah masuk ke dalam insang ikan. Proses masuknya mikroplastik ke insang dapat menimbulkan gesekan dan lambat laun menyebabkan pembuluh darah membengkak dan menutup insang. “Apabila sudah terjadi pembengkakan, cepat atau lambat ikan dapat mati,” imbuhnya. 

Temuan mikroplastik di dalam tubuh ikan ini memunculkan urgensi pengkajian lebih lanjut, sebab ikan masih memegang peran penting sebagai sumber gizi bagi penduduk indonesia. “Kekhawatiran terkait terakumulasinya mikroplastik di tubuh manusia dari konsumsi ikan pun menuntut upaya penelitian dan pencegahan, salah satunya program Sustainable Blue atau biasa disebut sebagai SustainaBlue,” jelas dosen berkacamata ini. 

Project Manager SustainaBlue ini menjelaskan, proyek yang didanai sekitar EUR 779.000 oleh Erasmus Plus tersebut merupakan wujud kepedulian ITS bersama mitra kampus di Indonesia, Malaysia, Yunani, dan Siprus terhadap keberlangsungan ekosistem laut. Penelitian dan penyuluhan terkait pencemaran air laut terus dilakukan demi memastikan ikan dapat terus menjadi hidangan yang tersaji di atas meja tanpa adanya keraguan.

Penyuluhan keberlangsungan ekosistem laut ini diperuntukkan kepada seluruh warga khususnya yang bertempat di pesisir pantai, dengan target perempuan dan anak sekolah. “Penyuluhan khususnya dilakukan kepada murid-murid Sekolah Menengah sebagai generasi penerus bangsa dan lingkungan,” terangnya.

Tampak beranda laman website SustainaBlue

Tampak beranda laman website SustainaBlue yang merupakan wujud kepedulian ITS bersama mitra kampus di Indonesia, Malaysia, Yunani, dan Siprus

Au menambahkan, selain melalui upaya penelitian dan kerja sama di tingkat institusi seperti SustainaBlue, dapat dilakukan pula usaha oleh tiap individu. Contohnya yaitu penggunaan tas jinjing sebagai pengganti kresek dan implementasi dari 3R yaitu Reduce, Reuse, and Recycle. “Lebih baik mengurangi plastik, hal ini juga untuk menambah kualitas hidup kita,” tutupnya. (*)

 

Reporter  : ION13
Redaktur : Ricardo Hokky Wibisono

Berita Terkait