Kampus ITS, ITS News — Transisi menuju energi terbarukan menjadi fokus utama demi lingkungan yang berkelanjutan. Mendukung hal tersebut, tim Riset dan Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginisiasi konsep alih fungsi fasilitas minyak dan gas bumi (migas) pascaoperasi menjadi Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC).
Ketua tim Riset dan Abmas ITS Prof Mukhtasor MEng PhD menyampaikan bahwa pipa migas bawah laut yang sudah tidak beroperasi rupanya masih memiliki masa pakai lebih dari 10 tahun. Pipa-pipa tersebut dapat dimanfaatkan untuk menjalankan sistem OTEC atau pembangkit listrik tenaga panas laut dengan kapasitas 20 kilowatt (kW). “Hal ini mampu menunjang kegiatan akuakultur, agrikultur, dan desalinasi di daerah terkait,” tuturnya.
Menurut Guru Besar Departemen Teknik Kelautan ITS ini, konversi pipa migas ke pipa OTEC mewujudkan poin ke-7 Sustainable Development Goals (SDGs) yakni Energi Bersih dan Terjangkau. Hal tersebut dibuktikan dengan dapat ditekannya biaya konstruksi OTEC sebab menggunakan pipa yang sudah tersedia. Tak hanya itu, penggunaan kembali fasilitas migas dapat meminimalkan biaya penghentian operasi atau decommissioning migas yang mahal.
Mukhtasor menerangkan, Abmas ini adalah bentuk sosialisasi dari riset potensi edukasi, ekonomi dan pariwisata (edu-ekowisata) berbasis OTEC yang memanfaatkan fasilitas migas pascaoperasi. Dalam riset tersebut, ITS berkolaborasi dengan Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Badan Riset dan Inovasi Daerah Kalimantan Timur (Brida Kaltim), dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda Kaltim). “Puncak kolaborasi ini ditandai dengan terselenggaranya Focus Group Discussion (FGD),” lanjutnya.
Lebih lanjut, FGD yang diselenggarakan di ITK ini dibawakan oleh Dosen Departemen Teknik Kelautan Dr Dendy Satrio S ST. Forum ini membahas mengenai pengembangan edu-ekowisata berbasis OTEC. Dendy mengungkapkan, fokusnya adalah meningkatkan kapasitas badan usaha di daerah melalui konsep alih fungsi fasilitas migas pascaoperasi. “Dengan demikian, dapat memenuhi kebutuhan energi serta mendukung perekonomian dan pembangunan di wilayah pesisir,” ujarnya.
Dendy pun mengungkapkan bahwa FDG ini menuai antusiasme yang sangat tinggi dari para peserta. Selain itu, para pemangku kepentingan yang hadir juga menunjukkan ketertarikan terhadap ide yang diusulkan melalui berbagai saran untuk pengembangan lebih lanjut. “Diantaranya mengenai liabilitas proyek dari Pertamina Hulu Kaltim serta izin penggunaan ruang laut dan pesisir dari Kementerian Kelautan dan Perikanan,” sebutnya.
Tidak hanya mengadakan FGD, Dendy dan tim juga telah melakukan kunjungan lapangan guna mengumpulkan pandangan masyarakat terkait proyek ini. Kunjungan tersebut menyasar kepala desa, nelayan, petani lokal, serta pelaku pariwisata di Desa Semangko, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Lebih lanjut, Dendy menjelaskan bahwa hasil kunjungan ini menunjukkan dukungan dan respons positif dari masyarakat terhadap inisiatif yang diusulkan.
Melalui dukungan dan masukan yang telah diperoleh, Dendy berharap ide ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Pengembangan proyek ini pun diharapkan dapat menjawab kebutuhan energi sekaligus berkontribusi pada penguatan perekonomian dan pembangunan di kawasan pesisir. “Sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir,” tutupnya. (*)
Reporter: Putu Calista Arthanti Dewi
Redaktur: Nurul Lathifah
Kampus ITS, ITS News — Menyokong antisipasi terjadinya bencana serta terus berupaya mengedukasi masyarakat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui
Kampus ITS, ITS News — Transisi menuju energi terbarukan menjadi fokus utama demi lingkungan yang berkelanjutan. Mendukung hal tersebut,
Kampus ITS, ITS News — Sektor industri memainkan peran yang cukup penting dalam meningkatkan daya saing di pasar global. Mendukung
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui PT ITS Tekno Sains semakin dipercaya untuk mendukung sektor