Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memperkuat nilai-nilai toleransi dan harmoni di tengah keberagaman bangsa, salah satunya melalui kegiatan seminar Penguatan Moderasi Beragama bagi Civitas Akademika Perguruan Tinggi. Menggandeng Kementerian Agama (Kemenag) RI, seminar yang digelar di Auditorium Gedung Research Center ITS, Rabu (20/11), tersebut bertujuan untuk menerapkan moderasi beragama sebagai dasar kehidupan bermasyarakat di era modern.
Dalam sambutannya, Rektor ITS Prof Ir Bambang Pramujati ST MSc Eng PhD menyoroti peran vital generasi muda dalam menjaga dan memperkokoh semangat Bhinneka Tunggal Ika di tengah arus perubahan zaman. Ia menegaskan bahwa keberagaman Indonesia, yang terdiri lebih dari 1.340 suku bangsa dan kekayaan tradisi yang tak ternilai, merupakan anugerah besar yang harus terus dijaga.
Bambang juga mengingatkan bahwa tantangan era modern, seperti kemajuan teknologi dan derasnya informasi di era masyarakat 5.0 dapat memengaruhi pola pikir serta perilaku generasi muda. Oleh karena itu, ia mendorong para mahasiswa untuk menjadikan nilai-nilai luhur kebangsaan sebagai pedoman. “Bangun landasan dalam harmoni di tengah keberagaman, baik di kampus maupun dalam kehidupan bermasyarakat,” tambahnya mengingatkan.
Guru besar Departemen Teknik Mesin tersebut berharap agar kegiatan seperti ini dapat menjadi momentum untuk menguatkan rasa kebangsaan, mendorong harmoni sosial, dan memastikan nilai luhur bangsa tetap relevan dan kokoh di tengah tantangan zaman. “Dengan membekali generasi masa depan bangsa nilai-nilai moderasi beragama yang kuat, kita bisa memastikan keberlanjutan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” tutupnya optimistis.
Selaras dengan keharmonisan moderasi beragama, hadir pula secara daring sebagai keynote speaker, Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenag RI Prof Dr H Suyitno MAg yang mengingatkan peran kampus sebagai pusat keberagaman dan toleransi beragama. Ia menegaskan bahwa kampus adalah entitas yang tidak bisa terdoktrin oleh ideologi tertentu, melainkan ruang yang mendukung diskusi dan dialog terbuka.
Lebih lanjut, alumnus doktoral UIN Syarif Hidayatullah ini juga menyoroti nilai kemanusiaan melalui pendekatan universalisme kepercayaan. Menurutnya, kampus memiliki tanggung jawab besar untuk membentuk generasi yang mampu mempraktikkan keberagaman. “Yang paling hakiki dari moderasi beragama dan universalisme agama adalah memanusiakan manusia, serta kampus merupakan tonggak utama dalam mewujudkannya,” paparnya.
Dengan pendekatan tersebut, lanjutnya, kampus diharapkan menjadi pionir dalam menciptakan lingkungan yang inklusif, menghargai perbedaan, dan mendorong kerja sama lintas keyakinan. Pandangan ini menempatkan institusi pendidikan tinggi sebagai pilar penting dalam membangun masyarakat yang lebih harmonis dan toleran. “Tentunya dengan menjaga warisan budaya agar tetap lestari di tengah dinamika perkembangan zaman,” tutur Suyitno.
Pentingnya komitmen penguatan moderasi beragama tersebut turut ditekankan oleh Koordinator Staf Khusus Menteri Agama RI Faried Fachrudin Saenong MA MSc PhD bersama dengan Ketua Dewan Profesor ITS Prof Dr Ir Imam Robandi MT. Komitmen ini diharapkan akan memiliki pemahaman inklusif dan humanis, yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis dan damai.
Seminar nasional ini juga dihadiri Sekretaris Balitbangdiklat Kemenag RI Prof Dr M Arskal Salim GP MAg, Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenag Jawa Timur Dr Akhmad Sruji Bahtiar MPdI, dan jajaran pimpinan tinggi ITS lainnya. (HUMAS ITS)
Reporter: Fauzan Fakhrizal Azmi
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan atas inovasi anak bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memperkuat nilai-nilai toleransi dan harmoni di tengah keberagaman
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) resmikan Computer
Kampus ITS, ITS News — Beberapa tradisi budaya masyarakat Indonesia bisa terancam punah akibat adanya beban pembiayaan kegiatan yang lebih