Raissa Arum Kusumaningtyas (kiri) yang dikukuhkan sebagai wisudawan termuda pada gelaran Wisuda ke-131 ITS saat menerima ijazah dari Rektor ITS Prof Ir Bambang Pramujati ST MScEng PhD
Kampus ITS, ITS News — Tak ada kata terlalu cepat untuk memulai dan tak ada kata terlambat untuk terus belajar, ungkapan itu tergambar dari sosok Raissa Arum Kusumaningtyas dan Amiq Fahmi yang dinobatkan menjadi wisudawan termuda dan tertua pada gelaran Wisuda ke-131 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Sabtu – Minggu (12-13/4). Dengan latar belakang dan perjalanan berbeda, keduanya mampu membuktikan bahwa usia tidak menjadi batasan dalam menuntut ilmu.
Untuk mengantongi status sebagai wisudawan termuda di usia 20 tahun 9 bulan bukanlah perjalanan singkat bagi Raissa. Gadis kelahiran Bandung ini menjalani program akselerasi saat di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dukungan keluarga membawanya pada pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Taruna Bakti Bandung yang mengedepankan pengajaran etika dalam berbangsa dan bermasyarakat. “Latar belakang pendidikan semasa sekolah sangat lekat dengan kedisiplinan dan etika,” ungkapnya.
Bekal kedisiplinannya itu membentuk Raissa menjadi sosok yang tekun, sehingga berhasil membawanya pada studi lanjutan di Departemen Manajemen Bisnis ITS. Memiliki minat dalam bidang pemasaran, Raissa mengaku lebih tertarik untuk mempelajari keilmuan melalui praktik langsung. Hal itulah yang mendasari keputusannya untuk mengeksplorasi bidang bisnis.
Raissa Arum Kusumaningtyas bersama Dekan Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital (FDKBD) Ellya Zulaikha ST MSn PhD saat menjalani pertukaran pelajar di Vives University of Applied Science
Minatnya pada bidang bisnis tersebut diimplementasikan dalam penelitian tugas akhir (TA) yang mendalami tentang customer behavior dalam penggunaan kantor plastik pada gerai retail di Kota Bandung. Dara kelahiran 9 Juli 2004 itu menemukan bahwa masih banyaknya penggunaan kantong plastik ketika berbelanja disebabkan kurangnya informasi yang diberikan karyawan retail mengenai alternatif lain kantong plastik, seperti tote bag atau kardus.
Lebih lanjut, Raissa mengungkapkan bahwa fakta di lapangan terhadap penggunaan kantong plastik sangat disayangkan mengingat kurangnya kerja sama seluruh elemen dalam menanggulangi pencemaran lingkungan. “Perlu adanya pengawasan yang ketat terhadap edukasi dan imbauan penggunaan kantong plastik oleh pelaku ekonomi kepada konsumen,” ujar mahasiswa program International Undergraduate Program (IUP) MB ITS itu.
Dr Amiq Fahmi SKom MKom (kiri) sebagai wisudawan tertua pada gelaran Wisuda ke-131 ITS ketika menerima ijazah doktor dari Rektor ITS Prof Ir Bambang Pramujati MScEng PhD
Berbeda dari Raissa yang mengawali studi di usia belia, Fahmi justru menuntaskan studi doktoralnya di usia 59 tahun 2 bulan. Dosen Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang ini memulai pendidikan S3 di ITS pada tahun 2018 lalu setelah menerima tawaran beasiswa dari kampus tempatnya mengajar. “Meski sudah menjadi dosen sejak 1998, bagi saya tidak pernah ada alasan untuk berhenti belajar,” tandasnya.
Meski telah memenuhi syarat akademik pada tahun kelima, Ayah dari tiga anak ini mengaku sempat mengalami hambatan, terutama dalam hal komunikasi selama pandemi Covid-19. Namun, semangatnya tak surut berkat dukungan penuh dari keluarga. “Semangat dari istri dan anak-anak menjadi motivasi terbesar saya untuk terus berjuang menyelesaikan studi ini,” tuturnya.
Dr Amiq Fahmi SKom MKom (tengah) saat mengajar dalam sesi Team Teaching dan mendampingi presentasi mahasiswa
Mengangkat isu kesehatan, disertasi Fahmi menawarkan pendekatan baru dalam klasifikasi penyakit demam berdarah dengue (DBD). Menggunakan data dari 37 puskesmas dan 16 rumah sakit di Kota Semarang, penelitian ini fokus pada peningkatan akurasi diagnosis dini menggunakan teknik kecerdasan buatan. “Selain itu, hasil dari riset ini mengisi kesenjangan dalam klasifikasi outlier dan penanganan data multikelas yang tidak seimbang,” tambah lulusan program doktoral Departeman Teknik Elektro ITS tersebut.
Melalui pengalaman studinya, Raissa dan Fahmi berpesan agar mahasiswa memiliki semangat untuk terus belajar dan memperoleh banyak pengalaman di bangku perkuliahan. Keduanya berharap agar ilmu yang didapatkannya dapat memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Terutama dalam mendukung penerapan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-3 tentang kesehatan yang baik dan poin ke-13 terkait aksi terhadap perubahan iklim. (HUMAS ITS)
Reporter: Andra Eka Wijayanti
Kampus ITS, ITS News — Semarak Bulan Syawal tak berhenti membawa berkah bagi keluarga besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, ITS News — Perbedaan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran seringkali menjadi tantangan pengajar di ruang kelas. Menjawab hal
Kampus ITS, ITS News — Wisudawan program doktor dari Departemen Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Kampus ITS, ITS News — Hujan deras yang mengguyur berbagai daerah di Indonesia akhir-akhir ini kerap memicu bencana tanah