Moda kapal sebagai prasarana angkutan laut sangat dibutuhkan karena berfungsi sebagai jembatan komersial untuk mendukung kegiatan pendistribusian barang dari satu wilayah ke wilayah tertentu. Untuk mewujudkan transportasi yang efektif dan efisien, Pemerintah menerapkan kebijakan tentang konsep chassis ro-ro pada lintasan Jakarta – Surabaya dan Jakarta – Semarang. Kebijakan tersebut menyatakan bahwa pengiriman muatan peti kemas dengan ferry ro-ro hanya chassis-nya saja tanpa kepala truk dan akan dijemput dengan kepala truk lain ditujuan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dampak penerapan kebijakan tersebut pada rute Semarang – Sampit terhadap waktu, biaya dan resiko, sehingga membutuhkan alokasi penataan chassis pada kapal ferry. Metode yang digunakan adalah membandingkan antara pengiriman menggunakan kapal peti kemas dan ferry ro-ro dengan proyeksi permintaan muatan, dan optimasi pembuatan kapal baru serta alokasi penataan chassis. Hasil analisis yang didapatkan adalah biaya saat ini pengiriman menggunakan kapal peti kemas Rp 10.833.054 /TEUs dan menggunakan ferry ro-ro Rp 12.566.812 /TEUs. Pada penerapan konsep chassis ro-ro biaya dengan kapal ferry sebesar Rp11.772.825 /chassis. Sedangkan hasil dari optimasi biaya pengiriman peti kemas dengan kapal baru Rp8.089.699 /chassis dengan ukuran kapal L = 90,0 meter, B = 19,8 meter, H = 7,0 meter, dan T = 5,2 meter dan alokasi penataan membutuhkan luasan deck 491,40 m2 untuk 20 chassis peti kemas per tripnya dengan biaya total kapal baru Rp51.788,26 juta per tahun atau Rp81.921 /SUP.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan model logistik pengangkutan ikan bahan baku surimi yang optimum dari masing-masing opsi
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan neraca permintaan dan penawaran pelabuhan khusus batubara di wilayah Sumatera
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pola operasi kapal Tol Laut yang optimal