Kampus ITS, Seatrans News — Sebelum meresmikan gedung barunya, Departemen Teknik Transportasi Laut (DTTL) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengadakan kuliah umum. Berlangsung pada Jumat (13/3), acara ini mengusung tema Peran Perguruan Tinggi Untuk Mendukung Pengembangan Transportasi Laut Nasional. Berlangsung dengan model diskusi, kuliah umum ini membahas berbagai rencana dan strategi pemerintah untuk mengembangkan sektor transportasi laut Indonesia serta peran mahasiswa di dalamnya.
Transportasi laut merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Indonesia merupakan negara kepulauan dan transportasi laut merupakan kunci akan konektivitas bangsa. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) perihal konektivitas kepulauan.
Menanggapi hal tersebut, Kemenhub melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut (Ditjen Hubla) telah menerbitkan serangkaian kebijakan, membuat strategi, serta menyusun dan melakukan program kerja. Salah satu yang paling menjadi perhatian publik adalah program tol laut. Program yang ditujukan untuk mengurangi disparitas atau ketimpangan harga barang daerah Indonesia Timur dan daerah terpencil ini telah berlangsung sejak 2015 dan hingga saat ini terus berjalan dengan evaluasi secara berkala dan perbaikan di sana sini.
“Kemenhub melalui Ditjen Hubla juga bertanggung jawab terhadap penentuan hierarki tiap-tiap pelabuhan dan keberlangsungannya,” tutur Ir Subagyo, Direktur Kepelabuhanan Ditjen Hubla. Secara singkat, hierarki pelabuhan merupakan urutan tingkatan fungsi pelabuhan. Di Indonesia, hierarki tersebut dibagi menjadi empat, yakni pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul, pelabuhan pengumpan regional, dan pelabuhan pengumpan lokal.
Alumni Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS angkatan 1990 tersebut mengungkapkan, hierarki ditentukan sebagai proyeksi dari potensi tiap pelabuhan. “Misalkan pelabuhan A saat ini masih berstatus pelabuhan pengumpan, kemudian melihat potensinya, kami proyeksikan di tahun tertentu statusnya akan menjadi pelabuhan utama,” jelasnya. Dari situ, tambah Subagyo, dapat ditentukan rencana pengembangan pelabuhan yang lebih mendetail.
“Hal tersebut tidak serta merta berlangsung sesuai rencana, banyak daerah yang menginginkan pelabuhannya menjadi pelabuhan utama, melayani ekspor impor, karena dipandang lebih menguntungkan dan membanggakan,” jelas Subagyo. Ia menambahkan, banyaknya pelabuhan utama di suatu negara bukan berarti keuntungan yang diraup akan semakin banyak. Bahkan yang akan terjadi, sebut Subagyo, adalah persaingan antar pelabuhan dalam negara sendiri.
Oleh karena itu, Subagyo menyampaikan, Ditjen Hubla berencana meminimalisir jumlah pelabuhan dengan fungsi ekspor impor untuk meningkatkan daya saing pelabuhan – pelabuhan Indonesia di kancah internasional. Kemudian pengelolaan pelabuhan pengumpul dan pengumpan diserahkan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. “Disini saya berharap, mahasiswa Teknik Transportasi Laut ITS dapat berperan aktif dalam meningkatkan wawasan Pemda-Pemda mengenai segala regulasi tentang kepelabuhanan,” pungkas Subagyo. (dnr/yus)
Gedung Perkuliahan Departemen Teknik Transportasi Laut, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Seatrans News – Departemen Teknik Transportasi Laut,
Kampus ITS, SEATRANS News – Dalam menunjang kegiatan pembelajaran di Departemen Teknik Transportasi Laut, diadakan kunjungan kuliah lapangan yang
Bertajuk Seatrans Super Sailing (Triple S) Reborn, kegiatan tahunan Departemen Teknik Transportasi Laut ini kembali hadir setelah 2 (dua)