Rabu (27/7) merupakan hari bersejarah bagi Prof Semin ST MT Ph D dan Prof Dr Ir Yoyon Kusnendar Suprapto. Dua dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang sama-sama berasal dari Jawa Tengah itu menjalani prosesi pengukuhan sebagai guru besar. Tak kalah bahagia, Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MSCES Ph D pun turut memberi sambutan positif. Usai mengucapkan selamat dalam sambutannya, Joni memaparkan bahwa kedua profesor yang dikukuhkan hari ini mewakili dua generasi.
“Prof Yoyon Supratno mewakili generasi tua karena dahulu di waktu saya jadi dosen kali pertama di ITS tahun 1986 beliau menjadi tentor saya. Sekarang saya yang mengukuhkan beliau,” ujarnya bangga.
Sementara Prof Semin, lanjut Joni, mewakil generasi muda. Baginya, Semin memunculkan produktivitas yang luar biasa mewakili generasi baru teknik. Penelitian Semin yang masuk 500 besar publikasi internasional merupakan prestasi luar biasa bagi ITS. Joni pun optimis generasi ITS akan menjadi besar lagi.
Luar biasa lagi, Semin itu pejuang shalat subuh berjamaah. “Jadi kalau ke Masjid Manarul untuk shalat subuh, Prof Semin naik sepeda bersama keluarganya,” ujar Joni.
Sementara itu, perjuangan Yoyon yang luar biasa untuk mencapai gelar guru besar patut pula diteladani. Menurut penuturan Joni, Yoyon dalam memproses dirinya menjadi guru besar membutuhkan waktu selama tiga tahun. “Dua temannya yang seangkatan itu sudah menyerah. Satu mengundurkan diri, satu juga kemudian menyerah, kecuali Prof Yoyon,” ungkap Joni. Perjuangan Yoyon diterima sebagai guru besar pun akhirnya berhasil di tahun ketiga.
Dalam acara pengukuhan Profesor tersebut, Joni juga menjelaskan bahwa ITS sejak ditetapkan menjadi PTN telah menghasilkan 117 profesor dari seribu dosen aktif. “Saat ini yang aktif sebagai profesor 97 orang dan inipun berpacu dengan para profesor yang segera purna tugas,” tutur Joni.
Pria asal Bandung ini menegaskan bahwa tugas ITS sekarang adalah meningkatkan para dosen yang telah bergelar doktor untuk segera menjadi profesor. “Saat ini ITS masih menunggu, masih menjaring sekitar 20 profesor di kementrian dan dua orang yang masih dalam proses di ITS,” terangnya.
Joni berharap, di akhir tahun 2017 ITS mampu menambah 400 profesor. Kemudian, lanjut Joni, kalau dibandingkan dengan dosen bergelar doktor yang berjumlah 404 dari seribu dosen, maka artinya persentase doktor masih sekitar 40,4 persen. “Ini masih jauh dari ideal, sebab rata-rata universitas internasional memiliki perbandingan dosen bergelar doktor dengan dosen biasa adalah sekitar 70 persen,” ungkapnya.
Meski demikian, baik profesor maupun doktor menurut Joni bukan hanya dilihat dari banyaknya angka tetapi juga intellectual output yang akan dihasilkan. Hal ini baik berupa publikasi ilmiah atau karya yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Apalagi sejak dicanangkannya ITS sebagai PTNBH di awal tahun 2017, ITS terus berupaya memiliki kontribusi nyata untuk bangsa,” terang Joni.
Baik Semin maupun Yoyon menuturkan kebahagiannya. Mengusung penelitian aplikasi bahan bakar gas pada armada maritim, Semin dikukuhkan sebagai guru besar bidang ilmu Teknik Sistem Perkapalan. “Semoga jabatan ini menjadi berkah dan mendorong saya untuk lebih berkontribusi dalam tri dharma perguruan tinggi,” ucapnya penuh syukur.
Senada dengan Semin, Yoyon sebagai guru besar bidang Sistem Komunikasi Pengolahan Sinyal Digital mengaku mendapatkan suatu kehormatan. “Momen ini bukan akhir pencapaian, tetapi justru awal dari pekerjaan besar, yaitu mengabadikan tri dharma perguruan tinggi,” ulasnya dalam pidato.(zik/dza)
(sumber : https://www.its.ac.id/berita/101943/enits.ac.id)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali berbangga. Rabu (26/7) nanti, Semin ST MT Ph D berkat penelitiannya akan dikukuhkan
Rabu (27/7) merupakan hari bersejarah bagi Prof Semin ST MT Ph D dan Prof Dr Ir Yoyon Kusnendar Suprapto.