ITS Perkenalkan Teknologi Berbiaya Rendah untuk Tingkatkan Pendapatan Nelayan Desa Lobuk
Berita
Desa Lobuk merupakan desa yang terletak di Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Meskipun telah meraih predikat desa mandiri dan juara ke-4 sebagai desa terbaik se-Jawa Timur pada tahun 2021. Meskipun termasuk sebagai desa mandiri, di Desa lobuk masih terdapat 503 keluarga miskin (BPS Kabupaten Sumenep, 2023).Sebagian besar dari keluarga miskin tersebut merupakan nelayan kecil, yang dalam memenuhi pendapatannya bergantung pada hasil tangkapan dari pemanfaatan angghas. Angghas merupakan istilah dari nelayan Desa Lobuk, sebagai sarana penangkapan ikan yang menyerupai atau mirip bagan, namun dilengkapi dengan rumpon kecil yang berukuran sekitar 2 x 1,5 meter. Rumpon tersebut merupakan sarana untuk menjadi “rumah” ikan, sehingga ikan dapat berkumpul dan memudahkan penangkapan.
Para nelayan angghas akan mendapatkan penghasilan tambahan, apabila ada wisatawan/pengunjung yang menggunakan sarana angghasnya sebagai spot pemancingan. Saat ini pemanfaatan angghas sebagai spot pemancingan, masih dilakukan disiang hari dan pada malam harinya digunakan oleh nelayan angghas sendiri, untuk menangkap ikan. Namun demikian dengan sarana penangkapan yang sederhana, perolehan hasil tangkapan ikannya masih belum maksimal.
Angghas, istilah dari nelayan Desa Lobuk, sebagai sarana penangkapan ikan yang enyerupai atau mirip bagan
Permasalahan Utama
Permasalahan utama yang dihadapi oleh nelayan angghas di Desa Lobuk meliputi:
- Aspek Produksi: Penggunaan sarana penangkapan yang sederhana menyebabkan kapasitas tangkap ikan rendah. Nelayan tidak dapat menentukan jenis ikan yang akan ditangkap, sehingga hasil tangkapan berupa ikan campuran dengan jumlah yang sedikit.
- Aspek Manajemen: Nelayan tidak dapat mengontrol jarak penangkapan secara efektif, sehingga terjadi kompetisi dalam mengumpulkan ikan. Selain itu, mereka belum mengenal teknologi yang dapat membantu secara efektif dalam menangkap ikan.
LED Multicolor dan GNSS sebagai Solusi
Untuk mengatasi permasalahan ini, tim dari Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Kelautan-Kebumian ITS yang dipimpin oleh Prof. Nur Cahyadi menawarkan solusi berupa peningkatan aspek produksi dan manajemen. Teknologi yang diperkenalkan adalah lampu LED multicolor dan GNSS (Global Navigation Satellite System) berbiaya rendah. Teknologi ini dirancang untuk menarik lebih banyak ikan ke sekitar angghas, sehingga meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil tangkapan.
Pemasangan Teknologi LED Multicolor dan GNSS Berbiaya Rendah
Tahapan kegiatan dalam program ini meliputi:
- Workshop Sosialisasi: Pengenalan teknologi lampu LED multicolor dan GNSS berbiaya rendah kepada nelayan.
- Pelatihan Pembuatan: Pelatihan pembuatan dan pemasangan lampu LED multicolor dan GNSS.
- Pengujian Teknologi: Pengujian lampu LED multicolor dan GNSS bersama nelayan di laut dangkal.
- Pemasangan Teknologi: Pemasangan lampu LED multicolor dan GNSS di lokasi penangkapan ikan.
Selain itu, ITS juga mengadakan workshop pendampingan untuk memberikan pengetahuan tentang pemeliharaan dan troubleshooting teknologi baru ini, serta strategi pengembangan wisata bahari spot pancing ikan. Partisipasi aktif dari Pokdarwis Lobuk sangat diharapkan untuk keberhasilan program ini.
Dengan adanya program ini, diharapkan nelayan Desa Lobuk dapat meningkatkan hasil tangkapan ikan mereka, sehingga pendapatan dan kesejahteraan masyarakat setempat juga meningkat.
Latest News
-
ITS Optimalkan Teknologi LED Multicolor dan Low-Cost GNSS sebagai Solusi Permasalahan Nelayan Desa Lobuk
Desa Lobuk, yang terletak di Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, merupakan desa mandiri dengan mayoritas penduduknya bekerja sebagai
-
ITS Perkenalkan Teknologi Berbiaya Rendah untuk Tingkatkan Pendapatan Nelayan Desa Lobuk
Desa Lobuk merupakan desa yang terletak di Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur. Meskipun telah meraih predikat desa mandiri
-
Inovasi Teknologi ITS Tingkatkan Produktivitas Nelayan Desa Lobuk
Sumenep – Nelayan Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, kini memiliki harapan baru berkat inovasi teknologi dari Tim Kosa
