Guna menjawab naiknya permintaan kebutuhan listrik, PT Indonesia Power, berkerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk mengembangkan dan meneliti sebuah kompor listrik yang aman dan effisien. Berbeda dari kompor listrik induksi, kompor yang diujikan menggunakan teknologi plasma. Plasma sendiri dikenal sebagai wujud benda ke-4, setelah padat, cair, dan gas. Plasma merupakan benda yang mengalami fasa superheated, sangat panas sehingga membuat elektron memisahkan diri dari atomnya dan menghasilkan gas yang terionisasi. Petir merupakan contoh dari plasma. Kompor plasma ini bermerek Dragon Driver dan dimanufaktur oleh negara China. Konsumsi daya dari kompor ini dapat diatur dan dapat mencapai angka hingga 2200 watt.
Pengujian dilakukan pada fasilitas PUI STP ITS. Pengujian ini bermaksud untuk mengetahui tingkat effisiensi termal dan suhu dari plasma. Tingkat effisiensi diujikan dengan mengukur sensible heat, yakni mengukur energi dan waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan air ketika suhu air pada suhu ruangan hingga mencapai suhu mendidihnya dan mengukur latent heat, yakni mengukur energi dan waktu yang dibutuhkan untuk menguapkan sekian massa air selama periode waktu tertentu. Teknologi plasma ini dapat menghasilkan effisiensi termal yang tinggi dan dengan menggunakan thermocouple, suhu plasma dapat diukur dimana suhu plasma mencapai angka 1100oC. Keuntungan dari effisiensi termal yang tinggi ini yakni pengguna dapat membuat makanan lebih cepat matang dengan menggunakan listrik yang lebih hemat.
Karena keunggulan teknologi ini, PUI STP ITS tengah mengembangkan sebuah unit kompor yang menggunakan teknologi plasma tersebut.
Tim Lamusa ITS bersama para nelayan Desa Paciran, Lamongan saat peninjauan perahu untuk persiapan instalasi dan pengenalan Lamusa Bahari Kampus ITS,
Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Budi Wahju Soesilo (kanan) bersama Rektor ITS Ir Bambang Pramujati MSc Eng
Sesi diskusi antara tim pengusul Program Dana Padanan Kedaireka dengan fasilitator Ekosistem Kedaireka di Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains
Mahasiswa ITS (kanan) saat menjelaskan cara kerja alat fuel cell hasil riset dosen Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS Kampus ITS,