(dari kanan) Manager Business Support PLN Nusantara Power Up Paiton, Sukarno, Manager Senior Transfer Teknologi Office dari Direktorat Inovasi ITS, Ary Bachtiar KP ST MT PHD, dan Kepala Desa Sumberejo, Muhammad Haris saat menyampaikan kata sambutan sebelum melakukan kegiatan pelatihan
Probolinggo, ITS News – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan struktur rumah tahan gempa yang terbuat dari limbah debu FABA (Fly Ash Bottom Ash) yang dihasilkan PT PLN di Probolinggo, Selasa (25/7). Rumah tahan gempa ini disebut BIMA (Bangunan Instan Modular Sederhana).
Manager Senior Transfer Teknologi Office, Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains Teknologi ITS, Ary Bachtiar KP ST MT PHD menjelaskan, inovasi ini menjadi terobosan cerdas mengenai penggunaan debu hasil limbah PLN. Inovasi ini bukan hanya sekadar solusi lokal, tapi juga memiliki potensi untuk berlanjut ke daerah-daerah lain.
“Melalui pelatihan ini, nantinya masyarakat dapat mengembangkannya sendiri, sehingga membuka peluang dalam meningkatkan perekonomian secara berkelanjutan,” ungkap dosen Teknik Mesin ITS itu.
Manager Business Support PT PLN Nusantara Power Up Paiton, Sukarno menyebutkan bahwa inovasi BIMA ini memainkan peran penting dalam mengurangi limbah serta meningkatkan efisiensi pengolahan limbah di lingkungan PLN. Inovasi ini juga mampu menghadirkan produk ekonomis yang ramah lingkungan, sejalan dengan visi PLN dalam berkontribusi pada pelestarian lingkungan.
Dr techn Pujo Aji ST MT saat memaparkan materi mengenai konsep inovatif dalam menggunakan FABA sebagai bahan utama dalam pembuatan rumah BIMA
Salah seorang anggota riset dari Teknik Sipil ITS, Dr techn Pujo Aji ST MT merincikan konsep inovatif dalam menggunakan FABA sebagai bahan utama dalam pembuatan rumah BIMA. Dengan fokus pada keberlanjutan, Pujo menjelaskan bagaimana inovasi ini dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi dampak negatif lingkungan sekaligus memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat.
Pada kesempatan tersebut, warga Desa Sumberejo, Paiton, Probolinggo juga diajak untuk melakukan praktek langsung pembuatan beton dan bata ringan FABA. Selain itu juga dipraktekkan pula cara pembuatan rumah BIMA yang telah dikembangkan ITS sebagai inovasi terbarukan dari olahan limbah. Dibimbing oleh para ahli dari ITS, masyarakat mencoba langsung mengolah FABA menjadi material berkualitas tinggi yang nantinya akan digunakan dalam pembangunan rumah tahan gempa.
Dosen ITS saat mempraktikkan langsung pembuatan beton dan bata ringan FABA kepada para peserta pelatihan
Kepala Desa Sumberejo, Muhammad Haris merasa sangat bersyukur dengan adanya pelatihan di wilayahnya ini. Hal ini karena Sumberejo berada di kawasan PLTU Paiton dan termasuk dalam daerah yang mendapat bantuan bangunan tahan gempa dari pemerintah. Sehingga kehadiran pelatihan ini memberikan harapan baru bagi masyarakatnya.
Para peserta pelatihan juga dibekali edukasi mengenai rumah tahan gempa oleh Ir. Faimun MSc PhD, ahli gempa dari Teknik Sipil ITS. Faimun memaparkan tentang gambaran umum gedung fungsi hunian berupa rumah tahan gempa. Ia menggarisbawahi betapa pentingnya membangun konstruksi yang kuat dan aman dalam menghadapi potensi bencana gempa.
Ketua tim, Dr Eng Yuyun Tajunnisa ST MT (duduk paling kanan) bersama dosen dan mahasiswa ITS serta para peserta pelatihan produksi bata dan struktur rumah tahan gempa.
Ke depannya, Ketua Tim Riset, Dr Eng Yuyun Tajunnisa ST MT mengatakan, dengan adanya inovasi BIMA ini diharapkan mampu menciptakan perubahan positif dalam dunia konstruksi dan lingkungan. Dengan adanya program Rekapitch Kedaireka Vokasi Kemendikbudristek antara ITS bersinergi dengan PLN, dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) ini, inovasi BIMA memiliki potensi untuk merambah ke daerah-daerah lain, dan membuka peluang bagi peningkatan kualitas hunian masyarakat secara berkelanjutan. (HUMAS ITS)
Reporter : Lathifah Sahda
Tim Lamusa ITS bersama para nelayan Desa Paciran, Lamongan saat peninjauan perahu untuk persiapan instalasi dan pengenalan Lamusa Bahari Kampus ITS,
Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Budi Wahju Soesilo (kanan) bersama Rektor ITS Ir Bambang Pramujati MSc Eng
Sesi diskusi antara tim pengusul Program Dana Padanan Kedaireka dengan fasilitator Ekosistem Kedaireka di Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains
Mahasiswa ITS (kanan) saat menjelaskan cara kerja alat fuel cell hasil riset dosen Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS Kampus ITS,