Prof Dr Bambang Sudarmanta ST MT (kiri) bersama Dr Is Bunyamin Suryo ST MSc (kanan) sebagai moderator pada acara seminar otomotif
Surabaya, ITS News — Untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, low carbon emission vehicle (LCEV) bisa menjadi salah satu solusi. Membahas lebih dalam, Manajer Klaster Sains Techno Park (STP) Otomotif Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menyampaikan hasil penelitiannya pada Seminar Otomotif dengan tema Sinergi untuk Percepatan Penerapan LCEV.
Mengawali seminar, Prof Dr Bambang Sudarmanta ST MT memaparkan, menipisnya cadangan energi yang disebabkan karena penggunaan masif dari kendaraan bermotor membuat pemerintah terus mengeluarkan subsidi bahan bakar. Dampaknya, pengeluaran subsidi terus mengalami kenaikan karena adanya peningkatan kebutuhan. “Setelah ditelisik, pemakaian subsidi pemerintah terbesar saat ini berasal dari sektor transportasi,” imbuhnya pada Rabu (18/10).
Di samping itu, saat ini pemerintah sedang menekankan penggunaan kendaraan emisi karbon rendah. Pada tahun 2025, pemerintah menargetkan jumlah kendaraan listrik sebanyak 400 ribu. Namun, hingga Mei 2023 ini, jumlah kendaraan listrik di masyarakat hanya mencapai 15 ribu kendaraan. Artinya 2 tahun menjelang 2025, target 400 ribu tersebut baru tercapai 3.75%. Hal ini membuktikan bahwa penerapan LCEV belum mendapat respon lebih dari masyarakat.
LCEV atau kendaraan dengan emisi karbon rendah sendiri meliputi beberapa macam jenis. Di antaranya, kendaraan hemat energi dan harga terjangkau (KBH2), kendaraan berteknologi hybrid elektrik, plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) dan kendaraan nol karbon atau listrik berbasis baterai. Macam dari kendaraan ini bisa menjadi substitusi bahan bakar minyak (BBM) menjadi bahan bakar yang lebih hemat energi.
Berangkat dari hal tersebut, Tim STP Otomotif – ITS membantu pemerintah menyuarakan transisi kendaraan konvensional berbasis internal combustion engine (ICE) menuju kendaraan yang berbasis elektrikal atau electric vehicle. Upaya ini terus dilakukan dengan berkoordinasi oleh beberapa pihak terkait baik dari akademisi, pemerintahan, industri, maupun mahasiswa.
Dalam beberapa waktu yang lalu, tim survey STP Otomotif – ITS melakukan survey terhadap pengguna non-HEV dan pengguna HEV. Survey tersebut mencakup di antaranya, yaitu kesadaran dan pengetahuan mengenai LCEV, niat dan minat pembelian, faktor keputusan pembelian, faktor penggunaan dan kepuasan, infrastruktur, faktor lingkungan dan keberlanjutan, serta pemasaran dan kebijakan pemerintah.
Hasil survey menunjukkan bahwa mayoritas responden belum memahami dengan baik mengenai kendaraan LCEV, sehingga perlu untuk melakukan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat. Selain itu, hasil survei juga menunjukkan bahwa kendaraan listrik tidak termasuk pilihan pertama karena faktor harga yang tinggi, kekhawatiran akan performa kendaraan, dan masyarakat yang lebih mengutamakan faktor kenyamanan.
Berdasarkan hasil survei tersebut, Dosen Departemen Teknik Mesin ini menegaskan perlunya sinergi untuk membantu pemerintah dalam mempercepat pemakaian LCEV di masyarakat. “Pekerjaan yang demikian itu adalah pekerjaan besar, kita harus bahu membahu bersinergi membantu pemerintah,” tegasnya kembali saat mengakhiri sesi presentasi. (*)
Peserta Seminar Otomotif bersama pembicara di Hotel Oakwood, Surabaya
Reporter: ion21/Aghnia Tias Salsabila Redaktur: Fatima Az Zahra
Tim Lamusa ITS bersama para nelayan Desa Paciran, Lamongan saat peninjauan perahu untuk persiapan instalasi dan pengenalan Lamusa Bahari Kampus ITS,
Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Budi Wahju Soesilo (kanan) bersama Rektor ITS Ir Bambang Pramujati MSc Eng
Sesi diskusi antara tim pengusul Program Dana Padanan Kedaireka dengan fasilitator Ekosistem Kedaireka di Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains
Mahasiswa ITS (kanan) saat menjelaskan cara kerja alat fuel cell hasil riset dosen Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS Kampus ITS,