Kepala Puslit EB ITS, Prof Dr Ir Tri Widjaja MEng ketika memberi sambutan mengawali seminar Perspektif Akademik Menuju Industri Kelistrikan yang Sehat Untuk Mendukung Transisi Energi
Kampus ITS, ITS News — Terus mendukung transisi energi terbarukan, Pusat Penelitian Energi Berkelanjutan (Puslit EB) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Engineering Research and Innovation Center (ERIC) Universitas Gadjah Mada (UGM). Hal tersebut dibuktikan dengan seminar pengembangan potensi industri kelistrikan nasional yang sehat dan berkelanjutan.
Mengawali gelar wicara tersebut, Kepala Puslit EB ITS, Prof Dr Ir Tri Widjaja MEng menjelaskan, kenaikan emisi karbon akibat konsumsi listrik yang tidak mengedepankan energi baru terbarukan (EBT) menjadi masalah utama di Indonesia. “Oleh karena itu, seminar ini diadakan sebagai wujud dari peran ITS dan UGM untuk membantu menuntaskan masalah ini,” terangnya.
Ia mengungkapkan bahwa acara ini disiapkan untuk menjadi media publikasi hasil pemikiran strategis dari pemerintah terkait yaitu Dewan Perwakilan rakyat (DPR) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). “Hasil diskusi nantinya dibukukan dengan judul Perspektif Akademik Menuju Industri Ketenagalistrikan yang Sehat untuk Mendukung Transisi Energi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa untuk mendukung agar industri kelistrikan nasional dapat terus bertumbuh dan sehat, diperlukan berbagai instrumen atau indikator sebagai acuan. Indikator tersebut seperti, industri kelistrikan harus mampu melayani semua tipe pelanggan dengan harga wajar dan merata.
Para panelis dan peserta yang hadir dan turut memberikan tanggapan terkait topik gelaran tersebut
Menanggapi hal serupa, Guru besar Fakultas Teknik UGM, Prof Dr Ir Sasongko Pramono Hadi DEA menambahkan jika industri kelistrikan setidaknya harus menerapkan 5K Ketenagalistrikan. Hal itu untuk mewujudkan konsep green ecosystem. “5K Ketenagalistrikan tersebut antara lain, kecukupan, keandalan, keberlanjutan, keterjangkauan, serta keadilan bagi penggunanya,” jelasnya mantap.
Tak hanya itu, dalam kesempatan yang sama, Ong sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa dibutuhkan gambaran proyeksi demand yang tepat untuk dapat menjangkau tujuan Indonesia Net Zero Emission (NZE) 2060. Dalam hal ini, Ong menegaskan, kebutuhan tenaga listrik sangat dipengaruhi oleh target penurunan emisi karbondioksida.
Oleh karena itu, dalam gelaran ini turut disampaikan solusi akan transisi energi. Seperti halnya yang disampaikan oleh Gubes Departemen Teknik Kelautan ITS, Prof Mukhtasor MEng PhD, untuk mendukung transisi energi diperlukan alat atau produk inovasi yang memadai. “Contohnya adalah beberapa hasil riset inovasi ITS seperti mobil hemat energi hingga bus listrik hemat energi,” jelasnya.
Executive Vice President Divisi energi baru terbarukan (EBT) Perusahaan Listrik Negara (PLN), Cita Dewi (kiri) ketika menerima plakat penghargaan sebagai pembicara pada gelar wicara mendukung industri kelistrikan nasional
Menjadi salah satu aspek penting dalam mendukung transisi energi, Executive Vice President Divisi energi baru terbarukan (EBT) PT PLN, Cita Dewi membeberkan tiga langkah heroik yang telah dilakukan PLN untuk mengatasi hal ini. Antara lain, dekarbonisasi pembangkit listrik berbahan bakar fosil, peningkatan kapasitas pembangkit EBT, dan penyediaan ekosistem yang baik bagi kendaraan bertenaga listrik di seluruh Indonesia.
Lewat berbagai usaha tersebut, nyatanya, PLN telah berhasil mereduksi jumlah total karbon yang dihasilkan sampai dengan 3,7 miliar ton karbon. Meskipun demikian, PLN juga berjanji untuk berkomitmen memaksimalkan penggunaan EBT demi transisi energi. “Tak lupa, kami juga akan menerima masukan-masukan dari para akademisi sebagai bahan evaluasi ke depan,” pungkasnya mengakhiri. (*)
Reporter: Mifda Khoirotul Azma Redaktur: Fauzan Fakhrizal Azmi
Tim Lamusa ITS bersama para nelayan Desa Paciran, Lamongan saat peninjauan perahu untuk persiapan instalasi dan pengenalan Lamusa Bahari Kampus ITS,
Direktur Utama PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) Budi Wahju Soesilo (kanan) bersama Rektor ITS Ir Bambang Pramujati MSc Eng
Sesi diskusi antara tim pengusul Program Dana Padanan Kedaireka dengan fasilitator Ekosistem Kedaireka di Direktorat Inovasi dan Kawasan Sains
Mahasiswa ITS (kanan) saat menjelaskan cara kerja alat fuel cell hasil riset dosen Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS Kampus ITS,