Mahasiswa Departemen Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali berkarya melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Karsa Cipta (PKM-KC). Viko Dian Nano, Aris Setiawan dan Ian Haikal Amir Akbar, tiga mahasiswa angkatan 2016 menciptakan alat Busticpray (Busway Automatic Spray). Alat semprot air otomatis ini ditujukan bagi pengendara motor yang melakukan pelanggaran lalu lintas diantaranya menerobos jalur busway.
Ide untuk menciptakan perangkap semprotan air ini muncul dari acuhnya pengendara terhadap larangan untuk melalui jalur khusus di kota-kota besar, contohnya jalur Trans Jakarta. Banyak pengendara mengabaikan peraturan tersebut dengan alasan untuk menghindari kemacetan lalu lintas. Dengan adanya kamera sebagai pendeteksi, sistem image processing (pemrosesan gambar) dari Busticpray akan mengetahui bila ada pengendara yang melanggar peraturan tersebut dan secara otomatis menyemprotkan air untuk menimbulkan efek jera. Alat ini tentunya meningkatkan kesadaran pengendara untuk mematuhi aturan lalu lintas, walaupun sedang tidak dalam pengawasan polisi.
Busticpray terdiri atas beberapa komponen utama yaitu kamera, mikrokontroller, modul relay, dan pompa. Kamera bertugas merekam jalan yang menjadi target perangkap, mikrokontroller bertugas menjalankan pemrosesan gambar sekaligus mengontrol kerja pompa. “Dari rekaman kamera tersebut, mikrokontroller Raspberry Pi yang kami gunakan akan memicu modul relay, menyalakan pompa, dan menyemprotkan air,” terang mahasiswa asal Malang ini. Ia menuturkan, selain berguna sebagai perangkap, gambar yang terekam kamera juga dapat membantu kepolisian untuk menindaklanjuti pelaku. “Plat nomor pelanggar dapat tedeteksi, sehingga hukuman berupa tilang tetap bisa diberlakukan,” ungkap Viko lagi.
Busticpray merupakan contoh nyata dari aplikasi ilmu Teknik Fisika untuk memecahkan permasalahan masyarakat. Terdapat komponen mekanik, elektrik, serta pemrograman mikrokontroler dalam alat ini. Pengerjaan proyek inipun dibagi sesuai keahlian masing-masing anggota. Viko bertugas di mekanik, Ian Haikal di elektrik, dan Aris Setiawan sebagai programmer. “Saya sangat bersyukur bisa kuliah di Teknik Fisika, sebab dengan luasnya ilmu yang saya dapatkan, saya bisa mengombinasikan antara mekanik elektrik dan programming tidak dengan susah payah karena memang 3 hal tersebut memang pada dasarnya dipelajari di TF.”
Suka duka dialami tim ini dalam merancang dan membangun alat Busticpray. Sebagian besar pengerjaan elektrik dan mekanik dilakukan di Laboratorium Fisika Rekayasa. “Mengerjakan produk ini image processingnya hampir gagal terus saat mengklasifikasi objek kendaraan menggunakan metode HoG dan tensorflow. Sekarang dengan metode haar cascade baru berhasil tapi masih ada kendala yaitu resolusi gambar terlalu besar sehingga delay waktu agak lama. Merancang pemrograman sistem kontrol alat juga bukan pekerjaan mudah. Untuk bahasa pemrograman menggunakan phyton dan menggunakan library opencv untuk image processingnya.” Tutur Viko.
Pada mulanya, ide pembuatan Busticpray memang dikhususkan untuk mengawasi pelanggaran di jalur khusus bus Trans Jakarta. Akan tetapi, Busticpray buatan tim ini juga dapat diterapkan guna mengawasi jenis-jenis pelanggaran lain. Tim ini memberikan satu contoh yaitu di trotoar. “Melewati trotoar atau tidak memakai helm bisa saja terdeteksi, tinggal merubah programnya.” Harapannya, alat ini dapat digunakan untuk berbagai aplikasi, walau masih butuh pembenahan di bagian kemasan. “Kami hanya membungkus mekanik yang ada dalam boks agar rapi, mungkin akan ada ide agar lebih praktis lagi,” pungkas Viko.
Mekanik alat Busticpray
Berikut informasi perangkingan ITS pada QS Post Views: 1,463
Nah kali ini, terdapat informasi yang penting untuk sobat kampus sekalian. Yaitu, mulai 7 Februari 2022 akan dilaksanakan Perkuliahan
Berikut kami sampaikan informasi terkait persiapan pelaksanaan perkuliahan semester Genap 2021/2022 di Departemen Teknik Fisika FTIRS sebagaimana terlampir atau