Mahasiswa Teknik Fisika ITS dirancang untuk memiliki kemampuan untuk bekerja dalam interdisiplin ilmu. Hal ini dibuktikan degan prestasi membanggakan beberapa mahasiswa Teknik Fisika yang tergabung dalam tim-tim lintas jurusan yang berkompetisi mewakili ITS. Siapakah mereka? Bagaimana pengalaman mereka dalam kejuaraan-kejuaraan tersebut?
Menjadi Mahasiswa Teknik Fisika ITS yang pertama kali tergabung dalam Tim Nogogeni yang awal mulanya memang hanya dikhususkan bagi Mahasiswa Teknik Mesin Industri ITS, merupakan suatu keberhasilan dan juga tantangan tersendiri bagi Falentin Tri Yulianto atau biasa dipanggil Fafa. Berada di divisi Electrical and Propultion System (EPS), tantangan yang dialami Fafa sangat bervariasi. Divisi ini bertanggung jawab untuk elektrikal pada sistem pengapian dan injeksi pada mobil listrik. Pergaulan dalam tim yang didominasi mahasiswa Teknik Mesin juga menjadi tantangan tersendiri. “Berada di lingkungan yang baru tentu saja butuh banyak penyesuaian, semua aturan yang dibuat diikuti saja, selalu bersikap baik, santun dan harus cepat beradaptasi, kalau memang mau ngajak bercanda jangan berlebihan, karena memang kita berada di lingkungan yang tidak sama dengan lingkungan sehari-hari kita seperti di jurusan, dan memang kalau di semua lingkungan yang baru bagi kita, harus seperti itu”. Ujar Fafa.
Ilmu seputar sistem elektrikal mobil listrik, selain dipelajari dari tim Nogogeni, juga didapat dari bangku kuliah. “Pelajaran di dalam kelas seperti elektronika dan termodinamika sangat membantu di analisa teori, karena kalau kita mengerjakan sesuatu harus didasarkan pada teori supaya hasilnya juga tidak mengalami banyak error,” tambah Fafa. Selain menjadi pengurus tim di Nogogeni, ia juga merupakan asisten Laboratorium Komputasi dan Sistem Fisik Siber Teknik Fisika ITS.
Menjadi bagian dari Tim Mobil Listrik Nogogeni ITS tentu merupakan prestasi yang sangat membanggakan bagi kebanyakan orang, ditambah bisa mengantarkan ITS menjadi juara umum di Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2019 yang diselenggarakan di Universitas Negeri Malang. Gelar juara umum diraih usai Nogogeni mengantongi juara 1 kategori mobil urban listrik dan juara 2 untuk kategori mobil urban ethanol. Semua keberhasilan yang diraih dalam tim tentu saja tidak lepas dari kemampuan individual anggota dan juga kerjasama antar anggota. Bagi Fafa, bekerja dalam tim memang tidak menghabiskan sedikit waktu dan tenaga hingga. “Ingat lagi tujuan awal kenapa kamu mau melakukannya. Seseorang jika memang benar ingin mencapai sesuatu tentu tidak akan berhenti hanya karena merasa ‘lelah’ saja. Kalau memang butuh waktu untuk istirahat, istirahat saja, tapi jangan pernah berhenti.”, ungkapnya.
Berbekal kesukaannya dalam dunia desain, Syaharussajali atau lebih dikenal dengan panggilan Irul mengembangkan bakatnya dalam Tim Mobil Sapuangin ITS. Di Sapuangin ia ditempatkan pada divisi teknikal frame and body yang bertanggung jawab dalam merancang desain mobil, termasuk membuat rangka dan bodi mobil. Irul yang juga merupakan asisten Laboratorium Rekayasa Energi dan Pengondisian Lingkungan Teknik Fisika ITS, mengatakan bahwa menjadi asisten lab sangat membantu di divisi yang ia tempati saat ini. Selain itu, semua ilmu yang didapat dari bangku kuliah juga membantu dalam analisa dan membuat perkiraan rancangan. “Untuk perancangan desain harus selalu diperhitungkan dulu, lalu baru disimulasikan, karena selama di kelas sudah diberikan pelajaran mengenai teori-teori jadi tinggal disesuaikan saja dengan praktiknya. Selama di lab saya juga sering menggunakan aplikasi simulasi seperti ANSYS dan aplikasi desain lainnya jadi sudah terbiasa, walau juga masih banyak belajar,” Ujar Irul.
Walaupun baru bergabung sejak awal Agustus lalu, Irul sudah bisa menorehkan prestasi dibuktikan dengan Sapuangin berhasil menorehkan juara dalam kategori kendaraan urban, yaitu juara 1 pada kategori urban diesel dan juara 2 pada kategori urban bensin di Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2019 september lalu. Meskipun sedikit kecewa karena mobil yang ditanganinya hanya meraih juara 2 tidak juara 1 seperti yang diperkirakan, “Waktu test drive disini tidak terjadi masalah, semua aman. Tapi waktu di lokasi ada sedikit masalah di bagian engine, jadi mungkin itu yang membuat performanya kurang maksimal,” tambah Irul.
Terlepas dari hasil yang diperoleh, Irul tetap patut merasa bangga karena mampu mengantarkan ITS meraih juara umum untuk ketiga kalinya dalam kompetisi tahunan berskala nasional yang telah diselenggarakan oleh Kemenristek Dikti sejak tahun 2012. “Untuk lomba-lomba selanjutnya diusahakan dalam hal persiapan lebih diperhatikan lagi dan belajar hal baru lagi supaya jika ada kendala sewaktu-waktu dapat ditangani lebih cepat,” ucapnya.
Dapat bertemu dan mendapat apresiasi langsung oleh salah satu pemimpin dunia, yakni Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mungkin menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Reza Baihaqi Nur. Pria yang biasa dipanggil Reza tergabung dalam Tim Pesawat Tanpa Awak ITS, Bayucaraka dan menjadi salah satu perwakilan tim yang dikirim untuk mengikuti TUBITAK International Unmanned Aerial Vehicle Competition 2019 di Istanbul, Turki pada pertengahan september lalu. Ia mengatakan bahwa awalnya ia dan teman setim di Bayucaraka tidak menyadari bahwa yang baru saja berjabat tangan dengan mereka adalah Presiden Erdogan, Ia baru menyadari ketika melihat rekaman ulang yang ditunjukkan padanya.
Dalam kompetisi internasional ini, ITS berhasil meraih juara pertama mengalahkan tim-tim dari puluhan negara yang berbeda dalam kategori Fixed Wing setelah berhasil menjalankan 2 misi dengan sukses. Misi pertama adalah dengan terbang membentuk angka 8 dengan raihan waktu paling cepat dan misi kedua yaitu menjatuhkan barang seberat 100 gram di titik yang ditentukan, dalam hal ini Tim ITS mampu meraih jarak paling dekat. Reza yang juga merupakan Asisten Laboratorium Workshop dan Instrumentasi Teknik Fisika ITS mengungkapkan bahwa membawa nama ITS menjadi juara dunia sangat membuatnya termotivasi untuk mencetak juara-juara lainnya. Reza yang sudah menekuni dunia robotik sejak di bangku sekolah tertarik untuk meneruskan hobinya di bangku kuliah, selain mendapat pengetahuan yang tidak didapatkan dari kelas, juga dapat memperbanyak relasi dan jaringan dari luar jurusan. ”Saat akan ikut lomba atau kompetisi apapun, biasanya tahap pertama adalah pembuatan laporan, dengan sering buat laporan maka akan terbiasa, sehingga waktu ada tugas untuk buat laporan penelitian, proposal, ataupun waktu mengerjakan Tugas Akhir jadi lebih mudah,” ujar Reza. Dirinya mengungkapkan walau saat ini ia lebih banyak sibuk di Bayucaraka, bukan berarti ia mengabaikan tugas, praktikum, dan materi yang ditinggalkan selama mengikuti lomba.
Meskipun harus bekerja lebih giat dan keras, banyak ilmu yang ia peroleh dari tim juga membantu dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan, begitu pula dengan mata kuliah yang dapat membantu dalam sisi teoritis. Robotik mungkin lebih lekat dengan image mahasiswa elektro atau mesin, namun bukan berarti jaminan itu adalah benar. “Karena waktu pertama kali masuk, tidak ada yang ahli atau tahu banyak. Kita semua harus belajar dari awal dan bekerja sama dengan senior dan teman-teman lain supaya paham, terlepas dari mana jurusanmu,” tambah Reza. (mei)
Berikut informasi perangkingan ITS pada QS Post Views: 1,475
Nah kali ini, terdapat informasi yang penting untuk sobat kampus sekalian. Yaitu, mulai 7 Februari 2022 akan dilaksanakan Perkuliahan
Berikut kami sampaikan informasi terkait persiapan pelaksanaan perkuliahan semester Genap 2021/2022 di Departemen Teknik Fisika FTIRS sebagaimana terlampir atau