Tahukan anda Tanggal 17 Juni adalah Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia?
Perihal Degradasi Lahan dan Kekeringan ada beberapa hal yang menyebabkannya karena faktor alami dan manusia (kerusakkan lingkungan akibat aktifitas kehidupan manusia). Kedua hal tersebut kalau disandingkan secara bersamaan (kombinasi keduanya) menyebabkan menjadi pemercepat degradasi dan kekeringan.
Selama ini daerah Kapur (karst atau Karbonat) sudah lama terstigma daerah kering kerontang (di permukaan) dan secara sosial sudah lama manusia yang hidup di lingkungannya hidup dengan kondisi yang sangat terbatas dalam ketersediaan air, walaupun kondisi tersebut belum tentu benar. Akuifer karst bertindak sebagai reservoir curah hujan alami yang besar, dan pelepasan mata air mencerminkan periode curah hujan yang tinggi, serta perubahan iklim jangka panjang (Chen et al. 2004) dalam (Entezari et al., 2020).
Kompleksitas daerah Kapur secara geologis sangat tinggi. Kawasan Karst memiliki bentuk morfologi dan hidrologi yang unik (keberadaan sungai bawah permukaan); tersusun oleh batuan mudah larut, seperti batuan karbonat dan evaporit, yang dapat mengarah ke pembentukan akuifer (Entezari et al., 2020) (Zaree et al., 2019) (De la Torre et al., 2020). Menurut Basha & Zoghbi (2018) dalam (Yogafanny et al., 2020), yang menarik ternyata Akuifer Karst juga merupakan sumber air utama. Negara-negara yang mempunyai daerah Karst banyak memanfaatkan sumber air dari daerah Karst ini sebagai sumber penyedia kebutuhan air masyarakat.
Oleh karenanya, studi dan pengelolaan karst secara berkenlajutan sangat penting karena kelimpahan dan potensinya dalam membentuk akuifer air bawah tanah. Pengelolaan daerah Karst yang mengabaikan kelestarian akan menyebabkan degradasi lingkungan dan berkontribusi langsung terhadap tingkat kekeringan, hal ini terjadi karena karena terganggunya siklus hidrologi di daerah tersebut. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah dengan menjaga tingkat imbuhan akuifer (recharge rate) menjadi salah satu parameter dasar dalam pengelolaan konsumsi dan pemeliharaan sumber daya ini. Sangat penting melakukan studi untuk memetakan kelimpahan dan potensi akuifer air bawah tanah karst.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana hidrometeorologi mendominasi hampir 95 persen kejadian bencana di Indonesia selama beberapa tahun
Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Kuliah Tamu “Kuliah Tamu “Subsurface Interpretation from Gravity and Magnetic Data in New Zealand” bersama
Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Kuliah Tamu “Architecture and dynamics of the Youngest Toba Tuff (YTT) magma reservoirs: insight from