Rempah-rempah mengantarkan Nusantara menjadi salah satu bagian penting peradaban global saat itu. Sedemikian pentingnya rempah-rempah dalam kehidupan manusia sehingga ia menjadi penghela perkembangan ekonomi, sosial budaya, dan politik dalam skala lokal dan global. Para pedagang mempertaruhkan nyawa dan kekayaannya untuk memasarkannya; juru masak meramunya untuk melezatkan hidangan; para tabib ahli kesehatan meraciknya untuk pengobatan; para raja mengirim ekspedisi mengarungi samudra untuk mendapatkannya; diplomasi demi diplomasi dirajut; hubungan antar manusia menjadi global dan sejarah peradaban manusia dibangun.
Sejarah mencatat 4.500 tahun lalu, jalur rempah adalah rute nenek moyang kita menjalin hubungan antarpulau, suku, bangsa, dengan membawa rempah sebagai nilai untuk membangun persahabatan yang membentuk asimilasi budaya dan diplomasi di setiap pesinggahan. Datangnya bangsa Austronesia ke Nusantara sekitar 4.500 tahun lalu dengan perahu menjadi awal pertukaran rempah dan komoditas lain antarpulau di Indonesia Timur. Budaya mereka inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya budaya bahari yang melayarkan rempah hingga ke Asia Selatan sampai Afrika Timur. Jejak kayu gaharu ditemukan di India. Cengkih dan kayu manis dari Indonesia timur sudah ada di Mesir dan Laut Merah. Nenek moyang kita juga membawa rempah ke Asia Tenggara, hingga ke Campa, Kamboja, sehingga terjadi persebaran budaya logam dari Dongson (Vietnam) hingga ke Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.
Sejak awal Masehi, Jalur Rempah telah menghubungkan India dan Tiongkok. Tercatat, sudah ada pelaut Jawa yang mendarat di Tiongkok pada abad ke-2 Masehi. Kapal-kapal Nusantara digunakan para biarawan dari Tiongkok untuk pergi belajar agama Buddha di Suvarnadvipa atau Sriwijaya dan di India. Kerajaan besar Sriwijaya, Mataram Hindu, Singasari, dan Majapahit menjadikan perdagangan rempah sebagai jalur interaksi utama yang menghubungkan Nusantara dengan Asia Tenggara, Tiongkok, Asia Selatan, Asia Barat, hingga ke Afrika Timur. Artinya bahwa sebelum bangsa Eropa melakukan aktivitas perdagangan di Asia Tenggara, para pedagang Nusantara telah turut aktif dalam jaringan perdagangan dunia. Rempah Nusantara dan Asia telah terkenal di Eropa jauh sebelum mereka dikenal di kawasan Nusantara dan Asia (Jack Turner menulis dalam bukunya Spice, The History of a Temptation, 2005):
Pelabuhan Canggu dikenal sebagai pintu gerbang Kerajaan Majapahit dan pelabuhan ini sudah ada sebelum Kerajaan Majapahit dibangun pada tahun 1293 M. Pelabuhan ini tidak berdiri sendiri, ada beberapa pelabuhan lain sebagai penopang, di antaranya Pelabuhan Bubat yang kini telah berubah menjadi Desa Tempuran, Kecamatan Sooko Mojokerto, dan Pelabuhan Terung di Dusun Terung, Kecamatan Krian, Sidoarjo. Pelabuhan Canggu memiliki beragam fungsi, salah satunya adalah sebagai pusat ekonomi dan bisnis. Banyak saudagar dari bangsa asing datang ke pelabuhan tersebut untuk kepentingan dagang. Pelabuhan ini mengalami puncaknya pada era Majapahit. Pelabuhan Canggu tidak terlepas dari Sungai atau Bengawan Brantas.
Sungai Brantas sejak dulu merupakan salah satu jalur perdagangan sejak Jawa Kuna di wilayah Jawa Timur. Perdagangan dengan Arab berjalan baik pada abad ke-9 Masehi. Barang yang diminati ialah kayu cendana dan rempah-rempah yang dihasilkan Indonesia bagian Timur. Pedagang-pedagang dari Jawa Timur pergi ke Indonesia bagian Timur untuk menukar beras dan produk lainnya dari Jawa dengan rempah-rempah dan kayu cendana. Mereka kemudian membawa barang-barang itu ke Sriwijaya dan menukarnya dengan barang-barang dari luar negeri, seperti emas, kain sutera, keramik dari Tiongkok, jubah dari India, dan dupa dari Arab. Perdagangan itu membuat wilayah Jawa Timur memiliki kedudukan penting dalam sektor perdagangan. Sungai Brantas pada perkembangannya mengalami perkembangan yang pesat. Selain berfungsi sebagai pengairan pada pertanian masa Jawa Kuna, sungai ini juga sangat ramai pada sektor perdagangan masa Raja Airlangga terutama di delta Sungai Brantas. http://jalurrempah.kemdikbud.go.id
Mau tahu lebih banyak, ayo gabung ikuti WEBINAR JEJAK REMPAH NUSANTARA Hari/Tgl. : Kamis 21 April 2022 Jam :13.30-16.00 ZOOM : https://its-ac-id.zoom.us/j/99538182468
Materi narasumber:
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana hidrometeorologi mendominasi hampir 95 persen kejadian bencana di Indonesia selama beberapa tahun
Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Kuliah Tamu “Kuliah Tamu “Subsurface Interpretation from Gravity and Magnetic Data in New Zealand” bersama
Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Kuliah Tamu “Architecture and dynamics of the Youngest Toba Tuff (YTT) magma reservoirs: insight from