News

Beradaptasi dengan Sesar Aktif Penyebab Gempa Darat, Belajar dari Gempa Myanmar

Sab, 19 Apr 2025
11:58 am
Informasi
Share :
Oleh : Admin-Teknik Geofisika   |

 1. Belajar dari Gempa Myanmar

Jumat, 28 Maret 2025, pukul 13:20:56 WIB wilayah Mandalay, Myanmar, diguncang gempabumi tektonik. Gempa droplet (dobel) M7.7 dan M6.7 yang berpusat di Myanmar berdampak luas, sampai Bangkok Thailand yang berjatak hampir 1000 km. Tercatat jumlah korban tewas bertambah berdasar laporan terbaru sebanyak 3600 orang, sedangkan korban luka 5000 orang. Jumlah orang hilang dilaporkan sebanyak 160 orang. Sedangkan di Bangkok, sebanyak 18 orang tewas, 11 orang di antaranya tewas saat sebuah bangunan yang sedang dibangun runtuh.

Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi bermagnitudo M7,6 dengan episenter terletak pada koordinat 21,76° LU; 95,83° BT, pada kedalaman 10 km. Sampai pukul 15:28 WIB,  tercatat ada tiga gempabumi susulan bermagnitudo terbesar M6.6 dan terkecil 4.6. Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi ini merupakan jenis gempabumi dangkal dan gempabumi terjadi karena sesar geser/mendatar (strike-slip) bagian dari Sesar Sagaing

Sesar Sagaing adalah sesar geser yang akatif dan membentang di Myanmar dari utara ke selatan dengan panjang sekitar 1.200 kilometer. Sesar ini sangat aktif secara tektonik dan menjadi salah satu sumber gempa potensial di wilayah tersebut. Sesar Sagaing memiliki mekanisme geser menganan (dextral strike-slip) dengan laju pergeseran cukup signifikan sekitar 18–22 mm per tahun.

Sesar aktif ini,  bagian dari sistem tektonik yang membatasi Lempeng India dan Lempeng Sunda, sehingga memiliki aktivitas seismik yang sangat signifikan. Keaktifan Sesar Sagaing di Myanmar telah beberapa kali memicu gempa besar yang menyebabkan kerusakan signifikan dan korban jiwa sangat besar, yaitu gempa dagsyat pada: 1931 (M7,5) 1946 (M7,3 dan M7,7) 1956: (7,0) 2012: (M6,8) 2025: (M7,7). Sesar Sagaing berada di daratan sehingga gempa yang dihasilkan akan berdampak besar di kota besar yang dilalui oleh sesar  antara lain: Mandalay, Sagaing, Naypyidaw, Bago, dan Yangon.

 

Gambar 1 : Dampak kerusakan gempa M7,7 akibat pergeseran Sesar Sagaing Myanmar 2025

2. Belajar dari Gempa Cianjur

PUSGEN tahun 2024 melakukan kajian untuk pemutakhiran sesar aktif. Hasilnya di seluruh Indonesia sada 400-an sesar aktif. Pulau Jawa mencapai 75 sesar aktif. Sesar aktif yang sudah diketahui parameternya dengan baik tidak sampai 30 persen. Para ilmuwan geologi mengidentifikasi 75 sesar aktif di sepanjang Pulau Jawa berpotensi kembali menimbulkan guncangan gempa bumi di masa mendatang. Mengingat penduduk Indonesia 50 persen tinggal di Pulau Jawa maka diperlukan kajian detail untuk melindungi masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa. Banyak kota besar di Indonesia yang letaknya berdekatan bahkan dilewati jalur sesar aktif seperti jalur sesar Lembang yang sangat dekat dengan kota Bandung, sesar Cimandiri yang melintas dekat kota Sukabumi, sesar Opak di Jogja, Sesar Palu-Koro di Sulawesi dsb. Gempa akibat sesar aktif terbukti menghancurkan bangunan, bisa membunuh orang serta membuat cacat permanen  seperti yang terjadi di Jogja 2006, Padang 2009, Bener Meriah Aceh 2012 dan tahun 2018 terjadi di Banjarnegara, Sumenep, Lombok dan Palu. Tahun 2020 terjadi di Maumuju dan tahun 2022 di Cianjur. Kota Surabaya juga dilewati sesar aktif. Keberadaan sesar aktif di bawah Kota Surabaya sudah disosialisasikan oleh  PUSGEN dan BMKG. Sesar sesar aktif yang berpotensi gempa 6.5 SR.  Gempa skala 6.5 SR akan mempengaruhi seluruh Kota Surabaya.

Pada 21 November 2022 gempa bumi M 5,6 mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, dan sekitar 58 ribu rumah rusak dan 600 orang meninggal. Gempa tersebut berdampak pada rusaknya 524 Satuan Pendidikan mulai dari PAUD sampai dengan perguruan tinggi termasuk Madrasah. Laporan terkini 24 November 2022 pukul 18.00 wib yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi juga mencatat sebanyak 31 siswa dan 6 guru meninggal dunia, 367 peserta didik dan 76 Guru luka-luka karena kejadian ini. Gempa juga menghancurkan sebanyak 2.235 ruang dengan tingkat kerusakan mulai dari ringan, sedang, dan berat. Gempa Cianjur termasuk gempa sesar aktif yang belum terpetakan oleh PUSGEN.

 

Gambar 2 : Dampak kerusakan gempa M5,6 akibat pergeseran Sesar Cugenang Cianjur 2022

 

3. Pemetaan Zona Risiko Bencana Gempa Sesar Aktif

Sangat disarankan setiap derah yang dilewati dan atau berdekatan dengan sesar aktif melakukan aksi proaktif mitigasi bencana gempa akibat sesar aktif. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24 Tahun 2007). Mitigasi bencana mempunyai peran penting dalam melakukan penurunan risiko dan penanganan bencana. Tujuan mitigasi bencana antara lain : (1) Mengurangi dampak yang ditimbulkan, khususnya bagi penduduk, (2) Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan, (3) Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi dampak/risiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman.

Para ahli kegempaan selalu mengutarakan bahws GEMPA tidak membunuh tapi bangunan bisa, likuifaksi bisa, longsor bisa, dll. Indonesia sudah mengalami gempa berulang ulang yang diikuti kerusakan bangunan baik infrastruktur, gedung maupun bangunan rumah tinggal. Korban manusia tak terhindarkan karena keruntuhan bangunan. Penelitian kegempaan di suatu kawasan harus menjadi pertimbangan dalam perencanaan tata ruang. Pemetaan menjadi langkah awal yang sangat penting, khususnya bagi daerah dengan wilayah yang rawan bencana. Pemetaan digunakan sebagai acuan dalam mengambil keputusan dan antisipasi terjadinya bencana. Pemetaan mengenai tata ruang wilayah juga diperlukan agar tidak menimbulkan gejala bencana.

Kabupaten/Kota  terus berkembang secara dinamis sebagai salah satu pusat regional dan nasional yang kompleks. Pengembangan kota yang baik adalah yang dibuat dengan mempertimbangkan kondisi di bawah permukaan bumi. Misalnya sebagian wilayahnya dibentuk oleh endapan aluvial muda dan sisanya merupakan perbukitan yang dibentuk oleh formasi batuan tua. Kondisi endapan tersebut berpotensi lebih berbahaya lebih besar terhadap efek intensitas getaran tanah karena gelombang gempa bisa teramplifikasi.

Oleh karenanya  disarankan membuat Peta Kawasan Berisiko Bencana (KRB) tinggi, sedang atau rendah. KRB Gempa tinggi bila bangunan rumah tidak sesuai aturan tahan gempa dan berada diatas yanah endapan yang jelek.  KRB Gempa Sedang bila desain bangunannya sesuai setandar tapi berada diatas tanah endapan yang lunak atau bangunannya jelek tapi berada diatas tanah yang baik. KRB Gempa rendah bila bangunannya sesuai standar bangunan gempa dan berdada di atas tanah yang kuat. Berdasar peta risiko tersebut bisa menjadi dasar untuk MITIGASI atau pengurangan risiko gempa. Misalnya di KRB Gempa TINGGI dilakukan perbaikan atau penguatan rumah, bangunan gedung dan infrastruktur. Perbaikan tanah juga harus dilakukan. Untuk bangunan baru sudah harus mengikuti syarat bangunan tahan gempa.

Gambar 3. Penulis, Dr. Amien Widodo, Peneliti Kebencanaan Teknik Geofisika ITS

 

Latest News

  • Pertajam Keilmuan Petrofisikamu dengan Studi Kasus Di Dunia Oil and Gas, dalam PETROPHYSICS TRAINING 2025!

    Teknik Geofisika ITS mengajak anda untuk mendalami pengetahuan dan masalah-masalah yang terjadi seputar Petrofisika dalam acara PETROPHYSICS TRAINING 2025.

    02 Mei 2025
  • Kuliah Tamu “Bahaya Geologi Penurunan Tanah Daerah Pesisir Pantai Utara Jawa”

    Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Kuliah Tamu “Bahaya Geologi Penurunan Tanah Daerah Pesisir Pantai Utara Jawa” dengan mengundang narasumber dari

    02 Mei 2025
  • WEBINAR “CERITA SUKSES UGG KEBUMEN dan UGG MERATUS”

    Teknik Geofisika ITS dan Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menyelenggarakan webinar “Cerita Sukses UGG Kebumen dan UGG Meratus”, mengundang

    30 Apr 2025