News

Kuliah Tamu Mitigasi Bencana dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Rab, 02 Jan 2019
9:59 am
Informasi
Share :
Oleh : Admin-Teknik Geofisika   |

Departemen Teknik Geofisika ITS menggelar Kuliah Tamu bertajuk Memahami Ancaman Bencana Geologi dan Perubahan Iklim Melalui Data Geologi dan Mikrofosil, Rabu (19/12/2018), di Ruang Sidang Utama Rektorat ITS. Pada kuliah tamu ini hadir Peneliti Laut Dalam dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Septriono Hari Nugroho, M.Sc sebagai pembicara. Hari telah beberapa kali menjadi reviewer dalam beberapa jurnal dalam negeri, maupun internasional.

Hari mengungkapkan, berdasarkan data BNPB (2018) proporsi bencana nasional dari 2007 – 2018 didominasi oleh puting beliung (28%), banjir (26%), tanah longsor (23%). Guna menyusun mitigasi bencana maka perlu penelitian-penelitian perlu digalakkan, karena bencana sebenarnya tidak bisa dihilangkan namun kita bisa mengurangi resikonya. Paleoclimate dan Paleotsunami adalah salah satu penelitian yang bisa dilakukan, dengan mikrofosil sebagai obyek penelitian.

Dalam kuliah tamu ini disampaikan secara mendetail oleh Hari bagaimana metode yang dilakukan,  alat dan bahan apa saja yang diperlukan dalam penelitian Paleoclimate dan Paleotsunami. Disampaikan pula hasil penelitian paleotsunami yang pernah dilakukan, diantaranya pernah ditemukannya endapan paleotsunami di Selatan Bali diperkirakan berumur 450 – 850 tahun (Putra et al, 2017). Kemudian juga ditemukan di Yogyakarta yang diperkirakan berumur 300 tahun (Yulianto, et al).

Saat ini Indonesia masih mengalami hal-hal yang memprihatinkan. Pada 2013, Indonesia memiliki skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) sebesar 32 dengan rangking 114 dari 177 negara. Selain itu, ia menyebutkan bahwa korupsi di Indonesia tengah mengalami metamorfosis atau evolusi.

“Di masa lalu, korupsi merupakan kejahatan sederhana. Kemudian mengalami evolusi menjadi white collar crime atau kejahatan yang dilakukan orang pintar. Kejahatan itu seperti tindakan pidana pencucian uang,” ujarnya.

Tidak hanya tindakan korupsi yang mengalami evolusi, kini pelaku korupsi pun mengalami regenerasi. Jika dulu pelaku korupsi berusia lebih dari 40 tahun, sekarang berusia lebih muda,  kurang dari 40 tahun. Untuk itu, peran KPK dalam penguatan lembaga hukum dan mewujudkan pemerintahan Indonesia yang bebas korupsi membutuhkan mitra. “KPK yang diberi fungsi penegakan korupsi tidak bisa seorang diri untuk melaksanakan penegakan korupsi. KPK membutuhkan mitra,” tutur Abraham. Ia berharap seluruh masyarakat bersama-sama bekerjasama dengan KPK untuk memperbaiki negeri.

Senada dengan hal tersebut, Rektor UNS Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS berkata bahwa sinergitas antara pemerintah dengan pihak lain merupakan hal yang penting dalam mencegah dan memberantas tindakan korupsi.

Sementara itu, dalam acara tersebut juga dilaksanakan peresmian Pusat Studi Transparansi Publik dan Anti Korupsi (Pustapako) serta penandatanganan MoU dan prasasti antara UNS dan KPK.[]

Latest News

  • NGOBROL PINTAR “WASPADA BENCANA HIDROMETEOROLOGI”

    Ibu Prof. Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan secara umum sepanjang tahun 2025 hujan diperkirakan

    08 Nov 2024
  • WEBINAR Geoarkeologi Peradaban Cincin Api

    Nusantara terletak di jalur Ring of Fire atau cincin api Pasifik, yaitu jalur di sepanjang samudra Pasifik yang ditandai

    01 Nov 2024
  • PROSPEKSI DAN BISNIS INDUSTRI MINERAL MASA DEPAN

    ITS sudah lama mengembangkan ilmu terkait material tambang seperti yang di Program Studi Sarjana Teknik Material (PSSTM), Departemen Teknik

    25 Okt 2024