Negara kita terletak di jalur Ring of Fire atau cincin api Pasifik, yaitu jalur di sepanjang samudra Pasifik yang ditandai oleh gunung berapi aktif. Ada sekitar 500 gunungapi yang tersebar di Indonesia, sekitar 129 termasuk aktif. Salah satu tanad gunungapi aktif adalah eringnya terjadi erupsi. Erupsi adalah peristiwa keluarnya magma di permukaan bumi bisa dalam bentuk yang berbeda-beda untuk setiap gunungapi. Erupsi efusif yaitu lava keluar secara perlahan dan mengalir tanpa diikuti dengan suatu ledakan. Erupsi eksplosif yaitu magma keluar dari gunungapi dalam bentuk letusan.
Bahaya erupsi gunung berapi dibagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu bahaya primer dan sekunder. Paling tida ada enam bahaya primer dari letusan gunung berapi : • Awan panas : merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) yang terdorong ke bawah akibat densitas tinggi. Suhu mencapai 300 – 700 derajat celcius, kecepatan awan panas lebih dari 70 km/jam. • Lontaran material (pijar) : terjadi ketika letusan magmatic berlangsung. Suhu mencapai 200 derajat celcius, diameter lebih dari 10 cm dengan daya lontar ratusan kilometer. Lazim juga disebut sebagai bom vulkanik • Hujan abu lebat : terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material berukuran halus ( abu dan pasir halus ) yang diterbangkan angina dan jatuh sebagai hujan abu arahnya tergantung dari arah angin. • Lava ; merupakan magma yang mencapai permukaan. Sifatnya liquid dengan suhu antara 700- 1200 derajat celcius. Lava mengalir mengikuti lereng dan akan membatu bila telah dingin. • Gas racun : muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rekahan-rekahan. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. • Tsunami : kasus khusus yang terjadi pada gunung berapi di pulau. Saat letusan terjadi, material-material akan memberikan energy yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai. Contoh kasusnya adalah letusan Gunung Krakatau di tahun 1883. Sedangkan bahaya sekunder setelah gunung api meletus adalah penumpukan material bumi yang terbawa oleh air hujan berupa lahar, lumpur, dan banjir bebatuan.
Menurut UU No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, menyebutkan bahwa mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik, maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana, Mitigasi bencana gunungapi dalam pengertian yang lebih luas bisa diartikan sebagai segala usaha dan tindakan untuk mengurangi dampak bencana yang disebabkan oleh erupsi gunungapi. Mengingat begitu banyak gunungapi yang ada di wilayah Indonesia dan padatnya penduduk yang bermukim di sekitarnya maka bencana erupsi gunungapi dapat terjadi sewaktu-waktu. Berdasarkan tugas dan fungsinya Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sebagai salah satu unitnya turut berperan dalam manajemen krisis bencana erupsi.
Pada fase Pra-kejadian peranannya dapat meliputi langkah-langkah penilaian risiko bencana, pemetaan daerah kawasan rawan bencana, pembuatan peta risiko dan membuat simulasi skenario bencana. Tindakan lain yang perlu dilakukan adalah pemantauan gunungapi dan menyusun rencana keadaan darurat. Pada saat fase kritis maka sudah harus dilakukan tindakan operasional berupa pemberian peringatan dini, meningkatkan komunikasi dan prosedur pemberian informasi, menyusun rencana tanggap darurat yang berupa penerapan dari tindakan rencana keadaan darurat dan sesegera mungkin mendefinisikan perkiraan akhir dari fase kritis. PVMBG melakukan kegiatan preventif berupa pemantauan aktivitas gunung api selama 24 jam menggunakan alat pencatat gempa (seismograf); melakukan tindakan tanggap darurat; dan membuat Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Berapi.
Teknik Geofisika ITS bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyeenggarakan NGOBRAS-Ngobrol Santai: “MITIGASI ERUPSI GUNUNG API”, yang akan mengundang narasumber :
Sebagai moderator:
Acara ini akan diselenggarakan pada:
Materi narasumber dapat diakses melalui link berikut ini:
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana hidrometeorologi mendominasi hampir 95 persen kejadian bencana di Indonesia selama beberapa tahun
Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Kuliah Tamu “Kuliah Tamu “Subsurface Interpretation from Gravity and Magnetic Data in New Zealand” bersama
Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Kuliah Tamu “Architecture and dynamics of the Youngest Toba Tuff (YTT) magma reservoirs: insight from