News

Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Rawan Longsor

Rab, 05 Des 2018
10:01 am
Informasi
Share :
Oleh : Admin-Teknik Geofisika   |

Musim hujan datang dan akan terus meningkat intensitasnya sampai awal tahun #2019 dan konsekuensinya akan terjadi angin puting beliung,  banjir, banjir bandang, erosi dan longsor dimana mana. Bencana tahunan ini bisa dikategorikan sebagai bencana berisiko tinggi dikarenakan  probalilitas kejadian tinggi dan berdampak besar. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan berbagai upaya pengurangan risiko bencana baik sebelum, saat dan setelah bencana sebagaimana amanat Undang Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (UU PB).

Kawasan rawan longsor di Indonesia sebagian besar sulit dijangkau lokasinya, Pemerintah yang berkewajiban menyelenggarakan PB, namun belum bisa menjangkau semua lokasi. Untuk itu Partisipasi semua masyarakat sangat dibutuhkan. Kita dari PERGURUAN TINGGI sementara hanya bisa memberi penerangan untuk menambah wawasan lewat medsos atau kalau dibutuhkan kita bisa dan bersedia ke lokasi untuk memberikan bimbingan teknis.

Poster Longsor Ponorogo

Untuk itu kita menghimbau kepada seluruh masyarakat yang bermukim di kawasan rawan longsor untuk merubah perilaku yang selama ini pasif responsif menjadi aktif antisipatif. Untuk itu diperlukan peran pemerintah dan LSM untuk memberi pelatihan pemberdayaan masyarakat yang bermukim di kawasan rawan longsor.

Pembentukan masyarakat sadar bencana merupakan salah satu kunci keberhasilan penanggulanagn bencana dan mestinya pemberdayaan dilakukan dengan jalan membangun KOMUNITAS terpadu antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta yang ada di sekitar lokasi rawan bencana. Kesiapsiagaan ini menyiratkan masyarakat sebagai subyek bukan obyek seperti yang selama ini kita lakukan.

Nantinya ada keterpaduan antara masyarakat yang terpapar dengan pemerintah dan pihak swasta. Pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk meningkatkan ketangguhan dalam menghadapi bencana mengingat setiap terjadi bencana selalu terjadi ada sebagian desa yang terisolasi dan karena sudah dibekali ilmu maka masyarakat yang terisolir bisa bertahan hidup dengan persediaan yang dipunyai.

Suatu hal yang perlu diketahui bersama bahwa tanah longsor tidak terjadi “ujug ujug” tapi ada proses yang khas, ada tanda tanda. Tanda tanda tanah mau longsior antara lain (seperti di gambar) : (1) ada longsor-longsor kecil, (2) retakan-retakan di tanah dan di tembok/pagar, (3) pohon yang tumbuh miring atau tiang listrik miring, (4) pohon yang terangkat dan terlihat akarnya, (5) ada sumur hilang airnya tiba tiba, (6) beberapa rumah pintu dan jendelanya tidak bisa dibuka , dll.

Contoh Tanah Longsor di Ponorogo

Bagi masyarakat yang bermukim di kawasan rawan longsor, bisa melaporkan kalau melihat tanda-tanda tanah mau longsor dan mestinya.  Pemerintah segera menindak lanjuti laporan masyarakat dengan melakukan hal-hal yang untuk mencegah/menghambat tanah longsor. Ingat data BNPB, ada 40 juta lebih masyarakat terpapar longsor.

Latest News

  • WEBINAR “PRAKTEK ANTISIPASI LONGSOR”

    Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana hidrometeorologi mendominasi hampir 95 persen kejadian bencana di Indonesia selama beberapa tahun

    20 Nov 2024
  • Kuliah Tamu “Subsurface Interpretation from Gravity and Magnetic Data in New Zealand”

    Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Kuliah Tamu “Kuliah Tamu “Subsurface Interpretation from Gravity and Magnetic Data in New Zealand” bersama

    09 Nov 2024
  • Kuliah Tamu “Architecture and dynamics of the Youngest Toba Tuff (YTT) magma reservoirs: insight from geochemistry and textural analysis”

    Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Kuliah Tamu “Architecture and dynamics of the Youngest Toba Tuff (YTT) magma reservoirs: insight from

    09 Nov 2024