Babad Pakualaman karya permaisuri Paku Alam VI, Gusti Kanjeng Raden Ayu Adipati Paku Alam atau Siti Jaleka merupakan buku yang penting karena menceritakan gempa terjadi pada 1867. Tertulus dalam babad tersebut gempa berlangsung sekitar dua menit, menyebabkan tanah berjungkat, bagai diayun-ayun, bergetar bergoyang bagai hendak dicabut.
Dan bumi dan langit seperti hendak menelungkup. Suara gemuruh di puncak gunung amat mengerikan. Ombak laut pun menjadi besar “kocak-kocak” hingga air dan ikannya terangkat ke daratan. Akibatnya, Kotagede dan Makam Imogiri mengalami kerusakan parah. Pendapa Pakualaman roboh. Beberapa bangunan dalam Beteng Keraton Yogyakarta juga runtuh, termasuk Tugu Jogja ikut terpotong.
Gempa Jogja dan Jawa Tengah pada tg 27 Mei 2006 sekitar pukul 05.55 mengakibatkan banyak korban meninggal lebih dari 5000 orang, luka-luka puluhan ribu orang dan telah menghancurkan ratusan ribu rumah serta ribuan orang menjadi tidak punya rumah. Ternyata itu bukan yang pertama tapi kata beberapa orang tua di zaman Jepang tahun 1943 pernah terjadi gempa di lokasi yang sama.
Kesaksian dan penulisan kejadian gempa di masa lampau menjadi penting bagi generasi berikutnya. Oleh karena itu Departemen Teknik Geofisika ITS dan Masyarakat Tangguh Indonesia mengundang para narasumber penyintas dan saksi gempa Jogja dan sekitarnya rahun 2006. Harapannya semua irang yang bermukim di kawasan rawan gempa bisa menyadari dan tahu apa yang akan dilakukan saat terjadi gempa di masa depan.
JAGONGAN LITERASI AMAN GEMPA “Mengenang 15 Tahun Gempa Jogja dan Sekitarnya”
Bersama narasumber:
Selaku moderator:
Webinar virtual ini diselenggarakan pada
Hari/Tgl : Rabu 26 Mei 2021 Jam : 15.00 – 17.00 Link zoom : Intip.in/GeoLectures
Materi narasumber dapat diunduh melalui link dibawah ini seusai acara
Ibu Prof. Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan secara umum sepanjang tahun 2025 hujan diperkirakan
Nusantara terletak di jalur Ring of Fire atau cincin api Pasifik, yaitu jalur di sepanjang samudra Pasifik yang ditandai
ITS sudah lama mengembangkan ilmu terkait material tambang seperti yang di Program Studi Sarjana Teknik Material (PSSTM), Departemen Teknik