Gempa dengan magnitudo 6,7 yang terjadi pada 14 Mei 2021 merupakan gempa yang tidak biasa yaitu berpusat di antara zona subduksi dan zona divergen, atau dikenal sebagai sebagai gempa intraplate atau gempa outer rise. Penyebab gempa outer rise adanya tegangan tektonik yang bekerja pada sumber gempa outer rise tegangan ektensional atau tarikan, gempa di zona outer rise ini memiliki mekanisme sumber sesar turun (normal fault). Mekanisme sumber gempa outer rise bisa juga karena sesar geser (transform) seperti yang terjadi di Aceh pada tanggal 11 April 2012. Gempa kembar dengan kekuatan 8,5 Skala Richter dan 8,1 Skala Richter, diikuti tsunami kecil setinggi 1 meter di Nias, 80 cm di Meulaboh, dan 6 cm di Sabang.
Catatan gempa di luar zona subduksi antara lain pada 9 Juni 2016 gempa selatan Bali berkekuatan M6,0, 15 Juli 2016 gempa selatan Jawa Barat M5,1 pada yang mengguncang pesisir selatan Jawa Barat, 23 Juli 2016.gempa Bengkulu dan Lampung berkekuatan M 5,4 yang mengguncang pesisir Bengkulu hingga Lampung dan 19 Maret 2020 gempa selatan Bali berkekuatan M6,5 pada yang dirasakan hampir di seluruh Bali dan Lombok.
Besarnya magnitudo dan mekanisme sumber gempa outer rise bisa memicu tsunami, hal ini tercatat pernah terjadi di Indonesia di berbagai daerah antara lain : (1) Pada 11 September 1921 terjadi gempa selatan Jawa berkekuatan M7,5 yang memicu tsunami, (2) Pada 19 Agustus 1977 terjadi gempa selatan Sumbawa berkekuatan M8,3 yang memicu tsunami destruktif di selatan Sumbawa.
Departemen Teknik Geofisika ITS bekerjasama dengan Masyarakat Geologi Tata Lingkungan (Mageti) menyelenggarakan WEBINAR tentang “Memahami Gempa ‘Outer Rise’ Busur Sunda, dari Sumatra sampai Sumba, dengan mengundang narasumber:
Bertindak sebagai Penanggap:
Selaku moderator:
Acara ini akan diselenggarakan secara virtual pada:
Materi narasumber dapat diakses melalui link berikut ini:
Mari bergabung dalam acaranya dan dapatkan e-sertifikat nya.
Ibu Prof. Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan secara umum sepanjang tahun 2025 hujan diperkirakan
Nusantara terletak di jalur Ring of Fire atau cincin api Pasifik, yaitu jalur di sepanjang samudra Pasifik yang ditandai
ITS sudah lama mengembangkan ilmu terkait material tambang seperti yang di Program Studi Sarjana Teknik Material (PSSTM), Departemen Teknik