Mineral kritis (critical raw materials) adalah sekelompok mineral masa depan yang dapat digunakan untuk inovasi teknologi berbasis energi bersih dan terbarukan. Mineral ini dikatakan kritis karena ketersediaan jumlahnya yang kian hari semakin terbatas. Ada faktor lain seperti banyaknya permintaan, persaingan geopolitik, masalah kebijakan perdagangan, dan fungsi dari mineral kritis juga tak bisa digantikan dengan mineral lain.
Beberapa negara seperti AS, Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa mengklasifikasikan mineral kritis sebagai berikut: logam tanah jarang (LTJ) / rare-earth elements (REE), gallium (Ga), indium (In), tungsten (W), platinum (Pt), palladium (Pd), kobalt (Co), niobium (Nb), magnesium (Mg), molybdenum (Mo), antimoni (Sb), lithium (Li), vanadium (V), nikel (Ni), tantalum (Ta), tellurium (Te), kromium (Cr) dan mangan (Mn).
Saat ini Indonesia mempunyai cadangan terbukti bijih berbagai komoditas tambang seperti nikel tercatat sebanyak 1,499 miliar ton, tembaga 639,206 juta ton, bauksit 927,781 juta ton, timah 1,253 milyar ton. Cadangan komoditas-komoditas menjadi kekuatan dan fokus Indonesia dalam hilirisasi dalam mengelola SDA khususnya dengan kemajuan teknologi yang telah berkembang. Ditjen Minerba menyebutkan bahwa mineral yang banyak kita punya dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan industri strategis nasional serta bagi Indonesia berpotensi mengendalikan pasokan dunia
Peran mineral kritis sangat penting untuk pembuatan teknologi informasi, kebutuhan kendaraan listrik, untuk kebutuhan teknologi kesehatan, energi bersih dan terbarukan seperti turbin angin dan panel surya, dan industri pertahanan.
Departemen Teknik Geofisika ITS bersama MAGETI (Masyarakat Geologi Tata-Lingkungan Indonesia) mempersembahkan:
Webinar “MINERAL STRATEGIS DAN MINERAL KRITIS DI INDONESIA”
Bersama narasumber:
Sebagai moderator:
Berperan sebagai host :
Mari bergabung dalam acara ini yang akan diselenggarakan pada:
Materi narasumber dapat diakses melalui link berikut ini:
Posisi geografi Indonesia berada di kawasan tumbukan lempeng yang aktif dan di kawasan iklim tropis. Artinya masyarakat Indonesia bermukim
Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Webinar Refleksi dan Resolusi Pengurangan Risiko Bencana bersama Keynote Speaker: Dr. Raditya Jati , S.Si.,
Penurunan tanah merupakan suatu proses menurunnya tanah pada suatu kawasan yang cukup luas yang bisa terjadi secara alami karena