Posisi geografi Indonesia berada di kawasan tumbukan lempeng yang aktif dan di kawasan iklim tropis. Artinya masyarakat Indonesia bermukim di kawasan rawan gempa, tsunami, likuifaksi, letusan gunung dll. Indonesia berada di khatulistie beriklim tropis, artinya bermukim di kawasan banyak hujan, angin, panas, air laut pasang, ombak besar dll yang terjadi berbulan bulan per tahun. Jadi setiap tahun akan muncul ancaman hidrometeorologis. Saat tertentu ada tambahan fenomena el nino, la nina, MJO, siklon dll.
Data BMKG mencatat ada pola peningkatan aktivitas gempa bumi sejak tahun 2013 dengan rata-rata 10.000 kali dalam setahun. Bahkan Badan Geologi (BG) mencatat bahwa sejak tahun 2000 hingga 2024 telah terjadi sebanyak 5 hingga 31 kejadian gempa bumi merusak (destructive earthquake) di Indonesia. Hal ini menjadi pelajaran penting bagi kita semua untuk meningkatkan mitigasi bencana gempa bumi untuk meminimalkan dampak bencana. Dan harus menjadi perhatian para pemangku kepentingan sebab gempa bisa memicu bahaya yang lain. Gempa tidak membunuh tapi bisa menyebabkan rumah roboh dan bisa memicu tsunami, likuifaksi, longsor, kebakaran, bendungan jebol dll., yang bisa membunuh.
Beberapa tahun ini telah terjadi perubahan iklim yang membuat semua unsur cuaca intensitasnya menjadi ekstrem. Para ahli mengingatkan kepada para pemangku kepentingan dan masyarakat akan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin puting beliung, gelombang ekstrim dan abrasi pantai akan meningkat sehingga risiko bencananya membesar. Ibu Prof. Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan secara umum sepanjang tahun 2025 hujan diperkirakan melanda sebagian besar wilayah Indonesia dengan intensitas curah hujan berkisar antara 1.000 – 5.000 mm per tahun. Sekitar 67 persen wilayah Indonesia curah hujan tahunan lebih dari 2.500 mm/tahun dan sekitar 15 persen wilayah Indonesia yang diprediksi mengalami curah hujan tahunan di atas normal.
Semua orang harus berbenah melakukan aksi mitigasi dan adaptasi agar dampak bencana bisa diminimalkan. Mitigasi awal yang harus dilakukan dengan penyusunan tata ruang berbasis informasi multi bahaya. Webinar ini bertujuan mendapatkan gambaran trend bencana geologi dan bencana hidrometeorologis tahun yang akan datang. Harapannya semua stake holder seperti Perguruan Tinggi dan IAGI bisa melakukan kajian serta saran agar risiko bencana bisa dikurangi.
Untuk itu, Teknik Geofisika ITS dan IAGI bersama Badan Geologi, BMKG dan UGM mengadakan webinar
bersama para pakar :
Keynote Speaker
Pemberi Opening Speech
Narasumber
Penanggap
Moderator
Webinar akan diselenggarakan pada:
Posisi geografi Indonesia berada di kawasan tumbukan lempeng yang aktif dan di kawasan iklim tropis. Artinya masyarakat Indonesia bermukim
Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Webinar Refleksi dan Resolusi Pengurangan Risiko Bencana bersama Keynote Speaker: Dr. Raditya Jati , S.Si.,
Penurunan tanah merupakan suatu proses menurunnya tanah pada suatu kawasan yang cukup luas yang bisa terjadi secara alami karena