Dalam melangkah menapaki masa depan anak anak kita, anak anak bangsa ini butuh petunjuk, butuh buku panduan agar tidak tersesat dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Selama ini kita lebih banyak mengembangkan budaya tutur, waktunya ditambahi dengan budaya membuat sesuatu yang bisa dibaca ulang generasi yang akan datang, seperti karya ilmiah, buku, video dsb.
Allah menantang kita semua untuk mengambil inspirasi dari isi Al Quran untuk diteliti, menuliskannya dan menjadikan buku, seperti tersurat dalam firman Allah dalam QS. Luqman: 27 .”Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” Dan dalam Al Kahfi: 109 “Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.”
Al Quran meyakinkan kepada kita semua bahwa penelitian dan penulisan akan berlangsung sangat panjang tak terhingga dan akan menghasilkan buku yg sangat banyaaaaak sekali. Hal ini sudah dibuktikan para cendekiawan muslim abad ke 7-14 pernah melakukan itu dan kita diterima seluruh umat manusia selama berabad abad. Salah satu yang dilakukan umat Islam waktu itu adalah meneliti isi Al Quran dan membukukannya. Setiap ada perbedaan atau ketidak setujuan dengan hasil penelitian mereka tidak mempermasalahkan apalagi mempertentangkan. Mereka tidak setuju, mereka meneliti sendiri dan membukukannya sehingga waktu itu buku buku Islam jumlahnya ratusan ribu.
Sayang buku buku tersebut sebagian besar sudah dibakar karena perang. pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan menghancurkan Baghdad. Pasukan Mongol juga menghancurkan perpustakaan yang sarat dengan manuskrip berharga. Sejarawan Ibnu Khaldun mengungkapkan, manuskrip-manuskrip itu dilemparkan ke Sungai Tigris menyebabkan air Sungai Tigris berwarna hitam sekelam tinta pada hari pelemparan buku-buku dari berbagai perpustakaan ke sungai tersebut. Semua jejak dan bermacam-macam ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya pun ikut musnah. Hal serupa juga terjadi di kota-kota Irak lainnya, seperti di Mosul. Beruntung, perpustakaan di Nizamiyah dan Mustansiriya tak ikut dihancurkan sehingga memberikan manfaat besar pada masa selanjutnya.
Buku memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan bagi penulisa dan bagi pembacanya. Nabi Muhammad tidak meninggalkan harta tapi meninggal buku, 2 buku yang sangat hebat yaitu Al Quran dan Al Hadits agar umat setelahnya tidak tersesat. Dari Abu Hurairah, r.a., dari Nabi s.a.w., bahawa Baginda bersabda: “Aku tinggalkan dalam kalangan kamu dua perkara yang kamu tidak sekali-kali akan sesat selagi kamu berpegang teguh kepada keduanya, iaitu kitab Allah dan sunnah Rasulullah,” (s.a.w.). (Imam Malik).
Ditulis oleh Dr. Amien Widodo – Kamis, 20 April 2023
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bencana hidrometeorologi mendominasi hampir 95 persen kejadian bencana di Indonesia selama beberapa tahun
Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Kuliah Tamu “Kuliah Tamu “Subsurface Interpretation from Gravity and Magnetic Data in New Zealand” bersama
Teknik Geofisika ITS menyelenggarakan Kuliah Tamu “Architecture and dynamics of the Youngest Toba Tuff (YTT) magma reservoirs: insight from