Disertasi Farida yang mengusung Desain Model Sistem Reverse Logistics Pada Industri Elektronika Konsumsi ini mampu menjawab permasalahan lingkungan, terutama meminimasi jumlah limbah pada proses pembuatan produk industri elektronika. Limbah elektronik sejauh ini belum dimanfaatkan secara maksimal di Indonesia. Jika dibiarkan, akan menjadi masalah besar lingkungan, terlebih bila jumlah sumber daya alam yang dipakai terus menerus akan cepat habis. Lantas, Farida berupaya mencari solusinya. Ia pun mencoba meminimasi jumla limbah dengan memanfaatkan secondary material atau rekondisi barang menjadi sebuah produk kembali. “Salah satu cara atau pendekatan yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan adalah Reverse Logistics (RL),” kata dosen yang biasa dipanggil Fafa ini. Dijelaskan Farida, RL merupakan metode antisipasi permasalahan lingkungan sekaligus meningkatkan keuntungan perusahaan dan jumlah produk yang kembali. “Sistem RL dimulai dengan kembalinya sebuah produk yang berasal dari konsumen sebagai end-users dengan berbagai macam kondisi kerusakan pada produk,” tutur dosen Teknik Industri UPN Veteran Surabaya ini. Farida melanjutkan, produk yang dikembalikan oleh konsumen dilakukan lewat tiga pintu yaitu pusat servis resmi dari perusahaan, pusat distribusi penjualan produk dan pihak servis pihak ketiga.Produk yang masih bisa diperbaiki oleh pusat servis dan pihak ketiga akan dikirim ke pusat distribusi. sementara yang tidak bisa diperbaiki akan dikumpulkan pada pusat pengumpulan dan dikirim kr pusat daur ulang. Sementara itu, diantara produk yang didaur ulang, pemilahan ulang dilakukan sehingga komponen yang masih memiliki nilai jual tinggi akan digunakan kembali di pabrik. Komponen yang benar-benar rusak dan tidak bisa diperbaiki akan dibuang di Disposal Center (DC). Setelah merancang disain sistem RL, Farida lantas melakukan studi kasus implementasi sistem RL di tiga perusahaan elektronika konsumsi di Jawa Timur. Salah satunya PT PCB dengan konsumen TV LED.Ia juga membuat indikator keberhasilan implementasi RL melalui framework yang terbagi menjadi lima level. “Dari lima level tingkatan maturity, TV LED objek penelitian saya masuk kategori level tiga atau level developed,” jelasnya. Dengan adanya sistem RL dan tingkatan level yang dirumuskan memiliki manfaat bagi perusahaan yang ingin meningkatkan levelnya, karena bisa diketahui total biaya yang harus dikeluarkan apabila perusahaan ingin mengimplementasikan semua sistem RL. “Perusahaan Elektronik pada tahun 2025 akan diwajibkan oleh pemerintah untuk menggunakan green energy atau produk daur ulang (recycled), maka sistem RL penting untuk dijalankan,” terangnya. (zik/ven)