Sivitas akademika ITS kembali menghasilkan karya bermanfaat yang bisa digunakan oleh masyarakat secara langsung. Ialah Prof Iwan Vanany PhD, dosen Jurusan Teknik Industri ITS yang berhasil menciptakan Wallet Traceability System Based on Android untuk membantu kegiatan ekspor sarang walet jawa. Tak ayal, aplikasi tersebut pun ia pamerkan kepada para peserta Sarasehan Peningkatan Produksi dan Ekspor Sarang Walet di Hotel Kalimas, Selasa (8/9). Seperti diketahui, keamanan makanan menjadi salah satu syarat agar makanan dapat diekspor ke sebuah negara. Untuk itu, diperlukan sistem yang dapat memastikan keamanan atas semua perjalanan makanan, mulai dari produsen hingga konsumen. Sistem itulah yang diciptakan oleh Guru Besar Laboratorium Supply Chain and Management tersebut. Dikatakannya, pembuatan sistem ini dilatarbelakangi oleh kurangnya sistem keamanan dalam kegiatan ekspor. Beberapa kegiatan ekspor hanya menyediakan lembar-lembar data sebagai identitas barang. Namun, barang ekspor itu sendiri tidak diberi label tertentu. “Sehingga barang sangat mungkin tertukar, dipalsukan, atau dikirim ke tempat lain,” terang Sekretaris LPPM ITS ini. Karena itu, Iwan menciptakan Traceability System dengan kode-kode unik yang akan digunakan pada setiap barang ekspor. Kode tersebut berupa QR Code yang dicetak dalam beberapa stiker yang akan ditempelkan pada setiap barang ekspor mulai dari satuan terkecil hingga kotak-kotak besarnya. Dengan begitu diyakininya setiap petugas akan dapat mengenali identitas barang hanya dengan proses scanning kode-kode yang sudah tertempel. Selain itu, data barang juga akan dimasukkan dalam sistem online. Dimana data dan kode indentitas barang kemudian diintegrasikan sehingga pengimpor dan pengekspor dapat memantau keamanan barang dalam perjalanan. “Sistem seperti itu mampu mengurangi kemungkinan terjadinya pemalsuan dan salah pengiriman barang,” jelas Iwan. Aplikasi Ekspor Sarang Walet Ekspor sarang walet Indonesia memang sangat banyak diminati oleh negara asing. Namun baru-baru ini, pelaku ekspor sarang Walet Jawa mengalami kesulitan menembus pasar Cina. Kesulitan itu dimulai ketika Cina mengeluarkan peraturan kesehatan dan keamanan makanan pada tahun 2010. Namun, lanjutnya, dengan menggunakan Traceability System, setiap petani rumah walet akan dimasukkan dalam daftar produsen. Kemudian pihak karantina akan membantu mengolah dan meningkatkan produksi sarang walet agar sarang walet tersebut layak diekspor ke negara lain. Pun dengan sistem itu pembeli sarang walet dapat mengetahui sumber sarang walet yang akan dibeli. Pembeli juga dapat melacak asal barang dan mengunjungi petani sarang walet untuk melihat proses pertanian dan pengemasan. Di akhir, Iwan pun berharap sistem ini dapat memperkuat kemampuan para pengusaha dalam meningkatkan keamanan dan kesehatan makanan ekspor. “Saya berharap petani dapat meningkatkan produktivitas dan ekspor sarang Walet Jawa dapat meningkat,” pungkasnya. (ven/man) (sumber : https://www.its.ac.id/berita/15347/en)