“Agenda tahunan bertajuk Innovative Design Exhibition (IDE) kembali digelar oleh Jurusan Teknik Industri (JTI). Puluhan karya inovatif pun dipamerkan dengan sangat apik di Plasa Dokter Angka ITS, Jumat (18/12). Dari puluhan karya tersebut, terdapat inovasi baru berupa Alat Pemipih Melinjo (AMEL) yang akhirnya meraih juara kategori P3 dalam pameran ini.” Salah satu anggota tim Fajrian Hanif Kuncoro mengaku sebenarnya perjalanan mereka dalam meraih juara tidaklah mudah. “Sebenarnya alat ini baru diproduksi kemarin sore dan baru jadi jam tiga tadi pagi. Bengkel tempat memproduksi alat ini sebenarnya menjanjikan seminggu yang lalu alat sudah siap, namun kenyataan berkata lain,” ungkapnya.Diceritakan oleh Fajri, inovasi yang mereka cetuskan ini berawal dari inspirasi di internet. Apalagi, menurutnya, melinjo adalah tanaman yang setiap bagiannya dapat dimanfaatkan. Daunnya sebagai sayur, batangnya sebagai pintu serta yang terpenting adalah bijinya yang dapat diolah menjadi emping. Setelah ide disepakati, survei ke tempat produksi pun segera dilakukan. “Kebetulan yang terpilih adalah Sentra produksi Emping Melinjo Bu Mi’ah di Kediri,” jelasnya. Dalam tanya jawab singkat ini, Fajri juga sempat menyinggung masalah keterbatasan dana yang menjadi kendala timnya. “Sebenarnya permintaan dari Bu Mi’ah adalah alat pemipih melinjo dengan sistem hidrolik. Namun biaya yang dibutuhkan untuk mewujudkanya tidak sedikit, katakanlah lima juta rupiah” , ungkapnya. Menurut Fajri, selain mahal, alat pemipih melinjo dengan sistem hidrolik juga kurang efektif untuk industri yang belum terlalu besar. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya dibuanglah biaya yang menurutnya kurang penting hingga hanya tersisa biaya total sebesar satu juta rupiah. Keadaan para pekerja di sana juga turut membuat Fajri dan tim semangat untuk mewujudkan karyanya. Pasalnya, mereka bekerja dengan tidak efisien, terutama terhadap waktu. “Saya lihat sendiri otot tangan kanan para pekerja yang tampak membesar akibat memipih biji melinjo secara manual. Bahkan ada juga yang kuku tangannya sampai pecah karena terkena palu,” ungkapnya miris. Fajri memaparkan, dengan alat ciptaan timnya ini para pekerja di sana dapat meminimalisasi resiko cedera saat bekerja. “Selain itu mereka juga bisa meningkatkan efisiensi produksinya hingga lima kali lebih cepat,” tukasnya kepada ITS Online. Baginya, kemenangan sebagai juara satu benar-benar membayar hasil kerja keras timnya. Mahasiswa berkulit sawo matang ini berharap alat ini dapat diproduksi secara massal untuk dipasarkan ke berbagai Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada. (qi/pus) (sumber : https://www.its.ac.id/berita/15906/id)