Pada pekan lalu, 24-26 Oktober di Jakarta, KemenHub Indonesia menyelenggarakan babak final untuk Lomba Transportasi Nasional 2017. Lomba yang diikuti oleh ratusan peserta dari seluruh Indonesia dengan berbagai tingkatan pendidikan ini, dimenangkan oleh Tim MAFTEC dari Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. IDN Times berkesempatan untuk melakukan wawancara ekslusif bersama para anggota tim pemenang dan salah satu dosen pembimbingnya, yaitu Bapak Dr. Adithya Sudiarno, S.T., M.T. Lomba tahunan ini diadakan dengan tujuan menciptakan inovasi transportasi Indonesia yang handal, selamat, efisien dan nyaman. Tahun ini temanya adalah transportasi kereta api, sementara tahun 2016 bertemakan transportasi udara. Lomba tingkat nasional ini diikuti peserta dari seluruh Indonesia mulai dari tingkat SMA, Sarjana sampai Pascasarjana. Yang mengikutinya pun gak hanya institusi pendidikan, tapi juga lembaga penelitian. Kepesertaannya terbuka untuk individu maupun tim (maksimal beranggotakan 3 orang). Awalnya akan dilombakan secara regional, kemudian para pemenang juara 1 regional akan dilombakan ulang di babak final. Tahun ini, Lomba Penelitian Transportasi Nasional dimenangkan oleh Tim MAFTEC dari TI ITS Surabaya. Tim MAFTEC terdiri dari 3 mahasiswa yang seluruhnya merupakan angkatan 2016 Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya. Mereka adalah Muhammad Afif Purwandi (19), Reza Aulia Akbar (19) dan Rafif Nova Riantama (19). Nama Tim MAFTEC diambil dari nama alatnya yang memiliki kepanjangan Masinist Fatigue Detector. Alat ini mampu mendeteksi tingkat kelelahan masinis, mencatat datanya dan merespon sesuai tingkat mengantuknya masinis yang sedang bekerja. Bagian inti dari alat ini terdiri dari mini PC, webcam dan gelang getar. Mini PC digunakan untuk memproses informasi, webcam berfungsi untuk menangkap tingkat kelelahan masinis (dengan analisis deteksi mata), sedangkan gelang getar mampu memberikan respon kejutan saat masinis mengantuk dan merekam data yang diproses oleh keseluruhan alat ini. Nantinya alat ini akan mempermudah para stakeholder yang membutuhkan data soal kecelakaan, efisiensi dan efektivitas kerja di kereta api. Ide ini lahir dari masalah yang mereka temukan langsung di lapangan setelah mengobservasi kegiatan masinis. Metode yang mereka implementasikan pun lahir dari kolaborasi metode lomba-lomba yang pernah mereka ikuti sebelumnya. Tim MAFTEC bercerita tentang hambatan yang mereka temukan selama pengerjaan alat sampai mengikuti lombanya. Tim dibimbingi oleh dua orang dosen yaitu Bapak Dr. Adithya Sudiarno, S.T., M.T. dan Ibu Ratna Sari Dewi, S.T., M.T., PhD, yang bertugas mengarahkan inovasi mereka agar tetap layak secara ilmiah dan eksekusi. Perjuangan mereka tentunya gak lepas dari berbagai hambatan dan tantangan. Salah satu kendala terbesar yang mereka hadapi adalah dari segi birokrasi. Mereka telah berhasil menghubungi beberapa stakeholder penting terkait uji coba alat di kereta api. Namun mereka gak diperbolehkan melakukannya dengan alasan uji coba tersebut akan mengganggu operasional masinis seperti biasa. Sehingga mereka harus melakukan uji coba sendiri di lab dengan bantuan beberapa operator, sebagai masinis. Ada harapan besar dari tim MAFTEC dan para pembimbingnya untuk alat yang sudah membawa mereka pada kemenangan di lomba ini. Untuk kepesertaan lomba, spesifikasi alat yang mereka gunakan seluruhnya masih yang paling rendah dan efisien secara biaya. Karenanya memang banyak perkembangan yang bisa dilakukan dari alat MAFTEC ini. Bagi para anggota tim, pengurusan hak kekayaan intelektual dan merangkul para investor adalah yang terpenting, sebelum alat/sistem ini (harapannya nanti) dipublikasi oleh pemerintah. Namun secara estimasi kasar, butuh setidaknya minimal 2 tahun untuk menuju ke sana, menurut mereka. “Saya berharap produk ini gak berhenti di lomba. Minimal menjadi keperluan praktikum, sehingga berguna untuk proses belajar. Misalnya untuk mengukur human error, itu untuk yang jangka pendek. Untuk jangka panjang, harapannya ide ini bisa diimplementasikan secara nyata. Memang alat ini harus terus diupgrade, salah satunya dari kendala biaya.” – menurut Pak Adith, selaku dosen pembimbingnya. Dengan memenangkan lomba ini, tim mendapatkan hadiah uang tunai serta kesempatan untuk study tour ke Beijing. Semoga prestasi dan harapan besar mereka untuk Indonesia mampu menginspirasi generasi millennials yang lain untuk bertindak serupa ya! Sumber : https://science.idntimes.com/discovery/bayu/inovasi-mahasiswa-its-alat-keselamatan-untuk-setiap-masinis-indonesia/full