Supply Chain Management (SCM) merupakan salah satu bidang keilmuan Jurusan Teknik Industri (JTI) yang menjadi faktor penting dalam industri hulu minyak dan gas (migas). Tak ayal, lulusan JTI diharapkan memainkan peran strategis dalam pelaksanaannya. Kuliah tamu bertajuk Peran Serta Sarjana Teknik Industri dalam Transformasi Industri Hulu Migas pun digelar JTI, Senin (14/9). Mark Ivan Doli ST, manajer senior bidang SCM di JOB Pertamina-Medco Tomori, dipercaya untuk membagikan ilmunya kepada ratusan mahasiswa yang hadir. Menurut Doli, SCM merupakan pusat dari kegiatan industri. Sebab, pelaksanaannya akan berhubungan dengan banyak stakeholder. “Sedangkan dalam industri hulu, SCM berperan sebagai pendukung dalam proses pengadaan barang dan jasa yang dilakukan secara efektif dan efisien,” ungkapnya. Pria asal Medan ini menambahkan, proses bisnis SCM di industri hulu harus sejalan dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Di antaranya ialah Peraturan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) yang menyebutkan bahwa industri hulu harus memberikan pengaruh langsung kepada industri turunannya. “Untuk itulah terkadang kami menetapkan harga produk yang murah agar industri yang memakai produk kami dapat bertahan,” ujar Doli. Lebih lanjut, Doli menjelaskan pilar utama SCM yang dilakukan perusahaannya. Pertama ialah manajemen material. Ini termasuk proses penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, hingga pengeluaran material dalam industri hulu. Menurutnya, hal yang menjadi tantangan saat ini ialah kode identifikasi (kodefikasi) material yang belum standar di seluruh perusahaan. “Padahal, ini penting sebagai alat pengontrol keluar masuknya material serta penyeragaman persepsi tentang jenis-jenis material,” jelasnya. Selanjutnya ialah manajemen pengadaan dan perencanaan sistem. Disebutkan Doli, proses pengadaan ini sering dianggap sebagai penghambat dalam SCM, karena peraturannya yang ketat. Namun, menurutnya hal ini semata-mata untuk mewujudkan proses pengadaan yang transparan. Setelah itu, terdapat proses perencanaan sistem yang memuat program kerja dan anggaran yang akan dieksekusi. “Termasuk di dalamnya ialah proses pengumpulan data dan analisis pasar, contract monitoring, dan analisis biaya produksi,” ujar Sarjana Teknik Industri ini. Sedangkan yang ke empat ialah proses logitistik. Doli menjelaskan, berbeda dengan beberapa perusahaan industri hulu migas lain, JOB Pertamina-Medco Tomori turut mengatur proses logistik, termasuk melalui jalur laut menggunakan kapal tongkang. “Jadi, kami turut mengatur dan mengontrol jadwal kapal, serta mengatur dan menyesuaikan kondisi kapal agar sesuai dengan kebutuhan kami,” tuturnya. Tantangan Industri Hulu Migas Doli menambahkan, ada beberapa tantangan dalam pelaksanaan industri hulu migas di perusahaannya saat ini. Di antaranya ialah harga minyak dunia yang tidak stabil, apresiasi produk dalam negeri yang kurang, serta standarisasi kodefikasi material. Kebijakan pemerintah pun dinilai menjadi salah satu tantangan terberat. “Karena hal itu akan memengaruhi nilai mata uang kita. Akibatnya, bisa menimbulkan ketidakpastian dalam proses tawar-menawar harga,” ungkapnya. Tantangan terakhir ialah proses pengadaan yang melibatkan beberapa vendor. Diakui Doli, peningkatkan kemampuan vendor, terutama vendor dalam negeri dalam memenuhi kebutuhan perusahaan merupakan salah satu hal yang penting. “Untuk itu, solusinya ialah meningkatkan kerja sama antar perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) untuk membahas isu-isu tersebut,” tandas Doli. (ayi/ali)(sumber :https://www.its.ac.id/berita/15363/en)