News

Gandeng Pakar Perminyakan, ITS Bahas Teknologi Laut Dalam

Sel, 04 Apr 2017
12:35 PM
Berita
Share :
Oleh : Admin-Teknik Kelautan   |

wilayah lautan seluas 64,85 persen membuat Indonesia memiliki tantangan besar dalam mengembangkan teknologi kemaritiman. Deep water technology atau teknologi laut dalam menjadi salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan perekonomian Indonesia. Hal ini dibahas tuntas oleh Usman Pasarai MEng dalam seminar big event Ocean Engineering Exhibition and Competition. Sabtu (1/4)

 

Gedung Robotika – dalam  seminar yang dihelat oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Kelautan (HIMATEKLA) tersebut, Usman menyampaikan bahwa kebutuhan energi Indonesia terus meningkat. Akan tetapi, hal tersebut tidak diimbangi dengan ketersediaan sumber daya yang ada.

Bahkan tingkat produksi minyak di Indonesia justru menurun. Dulunya Indonesia mampu menghasilkan 1,6 juta barel minyak setiap harinya. Namun, saat ini hanya tersisa 800 ribu barel saja. Berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia dinilai perlu mengembangkan sistem eksploitasi bukan hanya pada wilayah daratan namun juga wilayah lautan.

Salah satu solusi yang ditawarkan adalah pengembangan teknologi Deep Water atau eksploitasi laut dalam. Berdasarkan data geologi dan geofisika, sekitar 70 persen cekungan sedimen tersier Indonesia terletak di lepas pantai. Separuhnya ada di laut dalam.

Untuk mengambil potensi di laut dalam inilah, teknologi deep water dinilai paling efektif. “Hal tersebutlah yang mendasari mengapa Indonesia dinilai perlu mengembangkan eksploitasi nya di laut dalam,” ujar alumni Teknik Perminyakan itu.

Saat ini di Indonesia baru ada satu proyek deep water. Berlokasi di wilayah Indonesia Timur , di Selat Makassar, proyek tersebut dijalankan oleh operator Chevron. Selain satu proyek yang itu, ada juga empat proyek deep water yang masih dalam status siap produksi seperti Proyek Jambu Aye Utara di Selat Malaka, pada kedalaman laut 650.

Ada juga Proyek Gendalo dan Gehem di Selat Makassar dengan kedalaman laut mencapai 1000 m. Selanjutnya adalah Proyek Jangkrik yang juga berada di Selat Makassar mempunyai kedalaman laut hingga 450 meter, serta Proyek Abadi di Laut Arafura dengan kedalaman laut mencapai 1000 meter.

Member Petrolium Engineer Society tersebut juga menyatakan, deep water bukanlah sebuah teknologi yang mudah dikembangkan.Banyak sekali tantangan yang perlu dihadapi.Untuk itulah peran mahasiswa sebagai akademisi sangat diperlukan guna menghadapi tantangan tersebut.

Usman juga berpesan sebagai mahasiswa kita harus terus belajar dan belajar agar kelak kita mampu berkontribusi dalam perkembangan teknologi tersebut. (odi/ven) . Sumber: ITS Online

Latest News

  • Temu Alumni dan Halal Bihalal FTK 2025: Pererat Silaturahmi dalam Sinergi Kebersamaan

    DTKNEWS– abtu, 12 April 2025 Keluarga Besar Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) menggelar acara Temu Alumni dan Halal Bihalal dengan

    25 Apr 2025
  • Civitas akademik dilingkungan Departemen Teknik Kelautan turut berpartisipasi dalam merayakan Peringatan Hari Kartini

    Dalam rangka memperingati Hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April 2021, seluruh Bapak/Ibu di lingkungan Departemen Teknik Kelautan

    21 Apr 2025
  • Webinar: Mengenal Lebih Dekat Departemen Teknik Kelautan

    DTK NEWS-Rabu, 26 Maret 2025 telah dilaksanakan acara Bincang Bersama Alumni yang merupakan acara webinar yang membahas mengenai topik

    27 Mar 2025