Puasa Satu Teknologi Pertahanan
Oleh Prof. Daniel Mohammad Rosyid, Ph.D
Latar Belakang
Shaum yang sering diterjemahkan sebagai puasa adalah sebuah proses self- denial dengan menahan diri dari dorongan syahwat perut dan kelamin sejak matahari terbit hingga terbenam. Shaum adalah resep yang dianjurkan oleh ajaran para nabi terdahulu (Qur’an 2: 183). Jika dilakukan dengan berdisiplin, shaum tidak saja menyehatkan tubuh namun juga pikiran, mental dan spiritual. Memang tubuh manusia dapat mencapai kinerja optimal jika sering atau secara teratur melakukan puasa. Yosinori Ohsumi memperoleh hadiah Nobel atas penemuan fenomena autopaghie pada puasawan yaitu proses pembersihan sel2 tubuh yang mati lalu mengeluarkannya dari tubuh oleh protein autopaghisom. Wa an tashumuu khoirulakum in kuntum ta’lamuun, our body is designed to starve.
Ramadhan juga bulan belajar (syahru madrasah) secara multi-ranah dan multi-cerdas yang diorganisasikan secara mandiri, menciptakan sebuah self-organized learning environment (SOLE) tanpa membebani APBN atau APBD. Dikombinasikan dengan mengkaji Al Qur’an, meningkatkan frekuensi sholat dan infaq, Ramadhan benar2 menjadi bulan qur’anisasi diri, sebuah kawah condrodimuko bagi penempaan kompetensi taqwa, sebuah spektrum kemampuan atau kecerdasan tubuh, mental, dan spiritual. Dengan menjalankan puasa sebulan penuh, setiap manusia yg beriman akan mencapai tingkat kompetensi muttaqun : setia menegakkan sholat sebagai pembinaan diri, dan ringan berinfaq yaitu senang berbagi rizqi (Qur’an 2:3).
Shaum Dalam Islam
Shaum adalah bagian tak terpisahkan dari ad diinul Islam sebagai model tata kelola kehidupan bersama yang majemuk atau plural seperti dalam madiinah sebuah kota metropolitan. Perintah shaum jatuh pada tahun ke-2 Hijrah. Dalam proses transformasi masyarakat Madinah yang plural itu, diperlukan sebuah investasi modal sosial yang memadai agar masyarakat baru itu memiliki ketangguhan (shabr) menghadapi berbagai gangguan baik dari dalam maupun dari luar. Namun gangguan dari dalam selalu lebih berbahaya. Muhammad Rasulullah SAW usai perang Badr bahkan mengatakan bahwa setelah Badr akan datang perang yang lebih besar, yaitu perang melawan nafsu diri sendiri.
Tesis hadits bahwa puasa adalah perisai (ash shiyaamu junnatun), satu teknologi pertahanan, mendapatkan validitasnya di sini. Teknologi adalah sebuah sistem kemampuan proses nilai tambah. Pertahanan dan ketahanan sebagai nilai tambah publik dihasilkan oleh puasa. Pada saat hawa nafsu syahwat perut dan kelamin tidak terkendali dalam sebuah masyarakat, maka kehidupan hedonistik, konsumtif, boros tinggi-energi akan marak menggerogoti modal sosial masyarakat tersebut, menurunkan tingkat kesehatan tubuh, mental dan spiritual, sehingga masyarakat tersebut rentan mengalami disintegrasi dan disfungsi di banyak sektor kehidupan. Korupsi marak, hutang ribawi menggunung, kesenjangan sosial melebar, persatuan melemah, dan berbagai penyakit sosial berkembang merusak sendi2 kehidupan masyarakat. Maka dengan puasa itulah ketangguhan sosial dan ekonomi ditempa menjadi kekuatan pertahanan menghadapi berbagai krisis dan konflik. Kecanggihan persenjataan dan alutsista tidak cukup jika tidak dioperasikan oleh manusia puasawan.
Pembangunan memang tidak boleh semata-mata dirumuskan hanya sebagai upaya peningkatan kemakmuran melalui peningkatan konsumi makanan, energi dan sumberdaya alam lainnya yang terbatas. Pembangunan perlu dirumuskan kembali sebagai upaya mewujudkan prasyarat budaya bagi bangsa yang merdeka yaitu dengan memperluas kemerdekaan (Sen, 1997) yang telah diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta. Perluasan kemerdekaan adalah tugas utama pemerintah yang adil. Merdeka tidak saja berarti mandiri untuk bertanggung jawab, tapi juga pembebasan dari penghambaan pada alam dan ego diri dan kelompok. Pendidikan dalam pembangunan seperti itu adalah sebuah platform untuk belajar merdeka, bukan sekedar untuk menyiapkan tenaga kerja yg cukup trampil menjalankan mesin2, sekaligus cukup dungu untuk setia bekerja bagi kepentingan pemilik modal.
Penutup
Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mampu mencapai tujuan kehidupan bangsanya dengan tingkat konsumsi, termasuk energi yang minimal. Negara2 yg dengan congkak menyebut dirinya sebagai negara maju kenyataanya mengalami energy obesity dengan gaya hidup yang tinggi energi (sekitar 7-10 kLiter setara minyak pertahun perkapita). Di sini berlaku hukum U-terbalik, atau law of diminishing return. Sesuatu yang baik hanya akan menyehatkan jika tidak melampaui batas. Melebihi ambang batas, sesuatu yang baik itu mulai merusak. Seperti gula darah. Di sinilah para puasawan memiliki kepekaan Hattanomics untuk mengatakan enough is enough lalu sanggup hidup sederhana, sak madyo, sak sedhenge wae. Bukan hidup sak enake udhele dhewe. Di tingkat energi-rendah itu kesempatan hidup berbahagia terbuka lebih besar.
Raden Ajeng KARTINI (21 April 1879-21 April 2024) Keteladanan akan Kesalehan dan kepedulian Sosial dalam Pengurangan Risiko Bencana Oleh
Puasa Satu Teknologi Pertahanan Oleh Prof. Daniel Mohammad Rosyid, Ph.D Latar Belakang Shaum yang sering diterjemahkan sebagai puasa adalah
Maritiming Indonesia Oleh Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D @Rosyid College of Arts Dalam artikel opininya di Harian Kompas