STRATEGI MEMPEROLEH IMBALAN TAK BERHINGGA
Oleh: Dr. Mahmud Mustain (Associate Prof. Teknik Kelautan – ITS)
Bila menelaah potongan ayat dari surat Albaqoroh 261;
وﷲ يضاعف لمن يشاء
Allah akan melipatgandakan kepada orang yg Allah kehendaki.
Ini ada dua hal yang menarik. Pertama, batasan melipatkandakan, kedua, siapa dan bagaimana orang yang Allah kehendaki. Hal yang menarik adalah bagaimana strategi untuk menjadi orang yang dikehendaki.
Batasan melipatkandakan ada yang secara umum 7, 10, 70, 100 atau 700 kali bahkan tak berhingga. Angka tak berhingga ini muncul dari persepsi dari ceritra legendaris, yakni masuk surganya perempuan pelacur akibat ketulusan mengambilkan air minum dengan wadah sepatunya untuk anjing yg sedang kehausan.
Perbuatan yang begitu kecil dan remeh temeh dalam waktu yang sangat sebentar ukuran mengambilkan air untuk minum pantasnya hanya ukuran menit. Tetapi dibalas oleh Allah SWT berupa masuk surga.
Surga sungguh kita yakini memiliki karakter di luar dimensi (Alam) hidup di dunia ini. Dalam dimensi waktu di surga dijanjikan akan kekal, dimensi ruang juga tak berhingga luasnya, dimensi rasa tidak bisa dibayangkan yang artinya juga tidak berhingga.
Semua hal tersebut menggambarkan bahwa Allah SWT mungkin akan melipatkandakan sampai batas tidak berhingga.
Kemudian, kepada siapa dan bagaimana orang yang Allah kehendaki akan dilipatkandakan sampai batas tak berhingga tersebut?
Aspek niat lillah menempati posisi dominan dalam mencapai balasan berlipat ganda sampai tak berhingga (Dahsyatnya niat lillah, mustain 17 Matet 2019). Di sini akan dikaji dari aspek di luar niat yakni pemilihan dalam dimensi ruang dan waktu serta jenis amal untuk mendapatkan janji yang menggiurkan tersebut, yakni balasan berlipat ganda yang tak berhingga.
Ketika kita sadar bahwa hidup yang bertujuan pengabdian ini berada dalam sistem dimensi ruang dan waktu.
Hal ini memberi peluang pada kita untuk melihat dan memilih dimana posisi dan waktu terbaik untuk memungkinkan kita beramal yang bisa mendapatkan imbalan yang tak berhingga.
Domain ruang yang kita tempati di dunia ini ternyata tidak sama kwalitasnya untuk beramal atau berbuat sesuatu. Contoh; masjid, majlis ta’lim (madrasah), rumah, terminial, pasar, toilet dll. Jelas tempat2 ini memiliki kwalitas yang berbeda dalam beramal.
Kwalitas tertinggi adalah masjid. Masjid adalah rumah Allah SWT yakni tempat atau posisi yang paling istimewa di muka bumi. Apabila dibuat gradasi sesama masjid, maka di muka bumi ini ada 4 kategiri. 1.Masjidilcharom (ka’bah, Mekah), 2.Masjid Nabawi (Madinah), 3. Masjidil Aqsho (Palestin), dan 4. Semua masjid selain 3 tersebut. Ini pilihan penentuan tempat sesama masjid yang ternyata masjid-masjid di kita (Indonesia) semua pada urutan ke-4.
Optimal tempat berikutnya setelah masjid adalah madrasah, rumah, terminal, pasar, dan kamar mandi (toilet), dll. Di sini lebih tertarik hanya melibatkan dan membuat urutan pada ruang yang optimal yakni masjid dan/atau musholla, madrasah atau majilis ta’lim, rumah atau tempat tinggal. Hal ini bukan berarti berbuat/beramal di luar tempat2 tersebut tidak boleh/baik. Akan tetapi bila bisa memilih maka kita pilih tempat2 yang baik tersebut. Contoh kita harus bersering-sering dan berlama-lama (tidak terlalu mengurangi waktu kerja) berada di masjid. Kita diam saja sudah bernilai ibada i’tikaf, berjamaah sholat, meramaikan madjid, berhati senang dll semuanya bernilai ibadah. Hal ini secara logika menjadikan nilai ibadah kita tambah berkwalitas sehingga kriteria mendapatkan posisi imbalan berlibat ganda tak berhingga menjadi lebih dekat.
Dimensi yang lain adalah dimensi waktu. Dalam dimensi waktu ada siklus atau periode tertentu; harian, pekan, bulan, dan tahun. Dalam siklus harian terdapat waktu istimewa yakni duapertiga malam yang terakhir. Periode pekan ada hari Jumat, bulan ada tanggal 13, 14, dan 15 (yaumul bith/hari putih/terang bulan), dan tahun ada bulan Romadlon. Dengan demikian kita bisa memilih waktu2 ibadah terbaik kita dalam rangka mengoptimalkan kwalitas amal ibadah.
Ketika kita bisa mengoptimalkan dengan menggabungkan antara dimensi ruang dan waktu, maka kita bisa menggabungkan antara tempat terbaik dan waktu terbaik. Contoh i’tikaf di masjid di duapertiga malam terakhir pada malam jumat di sepertiga terakhir bulan Romadlon.
Ada tambahan kriteria selain ruang dan waktu untuk meraih kwalitas ibadah yakni amal berbasis ibadah unggulan. Ibadah unggulan diantaranya; sholat pada waktunya, berbakti pada orang tua, membaca sholawat. Sehingga strategi terbaik adalah apabila kita bisa menggabungkan antara kriteria ruang, waktu dan ibadah unggulan. Dengan demikian insyaAllah semakin dekat kita bisa memperoleh imbalan berlipat ganda yang tak berhingga.
Demikian semoga tulisan ini manfaat barokah slamet aamiin.
Ngapunten suwun.
Mustain, Rabu 20 Maret 2019
Raden Ajeng KARTINI (21 April 1879-21 April 2024) Keteladanan akan Kesalehan dan kepedulian Sosial dalam Pengurangan Risiko Bencana Oleh
Puasa Satu Teknologi Pertahanan Oleh Prof. Daniel Mohammad Rosyid, Ph.D Latar Belakang Shaum yang sering diterjemahkan sebagai puasa adalah
Maritiming Indonesia Oleh Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D @Rosyid College of Arts Dalam artikel opininya di Harian Kompas