Sebagain besar penduduk Indonesia berprofesi pada bidang pertanian, sehingga Indonesia kerap disebut sebagai negara agraris. Menurut data BPS Kabupaten Tuban tahun 2013, Kecamatan Jenu sendiri menjadi daerah penghasil jagung terbesar kelima di Tuban dengan produksi sebesar 39.440 ton/tahun. Hal ini didukung dengan banyaknya tenaga kerja di kabupaten Tuban pada bidang pertanian yang sebesar 50% dari total penduduk usia kerja kabupaten Tuban.
Hal ini tentunya menyisakan limbah dalam bentuk bonggol jagung, batang dan daun jagung, serta kulit buah jagung. Selama ini, pemanfaatan limbah pertanian jagung di Tuban masih belum maksimal. Limbah pertanian jagung yang tersisa di lahan, hanya dibakar. Hal ini tentunya dapat menambah polusi udara yang disebabkan pembakaran limbah tanaman jagung.
Reduksi limbah tanaman jagung yang dilakukan para petani di sekitar P.T Pertamina TBBM Tuban (ring 1) dengan cara membakar, akan bisa mengganggu safety (keamanan) karena PT Pertamina TBBM Tuban merupakan wilayah yang sangat berbahaya dan berpotensi untuk terjadinya kebakaran dengan adanya sebaran peningkatan suhu disekitar TBBM Tuban. Oleh karenanya diperlukan adanya suatu pengalihan kegiatan pembakaran limbah tanaman jagung menjadi suatu kegiatan yang memberikan hasil guna (added value) baik bagi masyarakat maupun bagi PT Pertamina TBBM Tuban.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merupakan perguruan tinggi unggulan bidang sains dan teknologi di Indonesia. ITS dipercaya oleh PT Pertamina TBBM Tuban untuk melaksanakan program tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) terkait Pemanfaatan Limbah Jagung Menjadi Pupuk Organik di desa Tasikharjo Kecamatan Jenu, Tuban.
Dr Setiyo Gunawan, Ketua tim CSR, mengatakan bahwa program CSR ini sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif terhadap seluruh pemangku kepentingannya. Program CSR dimulai dengan pembuatan rumah produksi pupuk organik dari limbah pertanian jagung dan uji tanam seluas 1 ha (jagung, brambang dan tomat) di lahan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) desa Tasikharjo.
Saat ini masyarakat Tuban mayoritas menggunakan pupuk anorganik/kimia untuk lahan pertanian mereka, pupuk kimia ini memiliki beberapa kekurangan antara lain mengakibatkan residu pada tanah sehingga tanah bisa menjadi keras, penggunaan tidak bijaksana dapat merusak tanah, harga mahal dan bersifat higroskopis. “Dengan kekurangan ini, pupuk organik bisa menjadi alternatif yang baik sebagai pengganti sebagian penggunaan pupuk kimia. Pupuk organik lebih aman, bahan mudah diperoleh, unsur mikroorganisme lebih banyak, meningkatkan kesuburan tanah dan mampu memelihara unsur hara (tanah tidak keras),” tambah Dr Sri Rahmania Juliastuti disela sela kunjungan saat panen jagung, brambang dan tomat hasil uji coba dengan menggunakan pupuk organik (Minggu, 12 Mei 2019).
Lebih lanjut, Sumaji, Ketua BUMDES Tasikharjo, mengucapkan terima kasih kepada PT Pertamina TBBM Tuban dan ITS atas program CSR yang sudah terbukti bermanfaat bagi masyarakat desa Tasikharjo. Dan mengharapkan CSR dapat terus berkelanjutan guna mewujudkan tujuan masyarakat sebagai desa wisata pendidikan di Tuban.
Jember, 11 Desember 2024 — Tim Matching Fund Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali melanjutkan agenda uji kelayakan produk
Surabaya, 10 Desember 2024 — Tim Matching Fund Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ir.
Mojokerto, 2 Desember 2024 Tim Riset Model Tulang berbasis Polyurethane dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melakukan kunjungan