Pada umumnya pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh DTK-ITS berupa pelatihan-pelatihan. Meskipun beberapa tahun terakhir sudah mulai mengaplikasikan hasil penelitian untuk melakukan pengabdian masyarakat, seperti: pembuatan pupuk dan pakan ternak dari bonggol jagung di Tuban, pembuatan kompos dari sampah tanaman di perumahan SDR-Surabaya, pemanfaatan air kelapa untuk pupuk cair, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sejak tahun 1994 setelah keberhasilan kerjasama dengan Perum Perhutani dalam pengembangan pabrik pengolahan gondorukem, belum ada lagi hasil penelitian kerjasama dengan industri yang dikomersialkan.
DTK-ITS telah mempunyai pengalaman dalam melakukan pengembangan proses dan desain pabrik kimia, terutama produk kehutanan. Dalam rentang tahun 1980-1994, bekerjasama dengan Perum Perhutani, DTK-ITS berhasil mengembangkan proses pengolahan gondorukem dan mewujudkannya menjadi sebuah pabrik komersial yang masih beroperasi sampai sekarang. Selain itu, Departemen Teknik Kimia ITS juga mempunyai pengalaman dalam mendesain pabrik tepung sagu. Tercatat ada dua pabrik tepung sagu yang berhasil dibangun, yaitu: pabrik tepung sagu di Halmahera milik PT. Inhutani tahun 1996 dan pabrik tepung sagu di Distrik Kais, Sorong Barat, Papua milik PT. Perhutani, tahun 2015.
Saat ini, banyak penelitian di DTK-ITS yang berhubungan dengan biomassa lignoselulosa seperti sabut kelapa, bagasse, tandan kosong kelapa sawit, dsb. Berbagai produk telah dikembangkan dengan memakai tiga komponen dasar lignoselulosa: selulosa, hemiselulosa dan lignin. Dari semua proses yang dikembangka, ada satu kesamaan, yaitu tahap perlakuan awal untuk memisahkan ketiga komponen tersebut, yang di industri dikenal sebagai proses delignifikasi. Oleh sebab itu, DTK-ITS merencanakan untuk membuat mini plant teaching factory untuk proses tersebut dengan mempertimbangkan ketiga komponen dapat digunakan sebagai bahan baku produk selanjutnya. Sebelum membangun mini plant, terlebih dahulu akan dilakukan penelitian fundamental yang mendukung. Mini plant ini diharapkan bisa menjadi contoh untuk mempercepat hilirisasi penelitian tentang pemanfaatan biomassa lignoselulosa ke skala industri.